TAGAR.id, Jakarta – Puluhan ribu warga berunjuk rasa di Washington DC, Amerika Serikat (AS), dan di kota-kota lain di seluruh AS pada Sabtu, 11 Juni 2022. Mereka menuntut agar anggota Kongres meloloskan legislasi yang bertujuan mencegah kekerasan bersenjata. Demonstrasi itu dilakukan pasca peristiwa penembakan massal di sebuah SD di Texas pada bulan lalu.
Di Ibu Kota, penyelenggara March for Our Lives (MFOL) memperkirakan 40.000 orang berkumpul di lapangan National Mall dekat Monumen Washington di bawah hujan gerimis. Kelompok itu didirikan oleh para pelajar SMA Parkland, Florida, AS, yang pernah menjadi lokasi penembakan massal pada 2018.
Seorang pria bersenjata di Uvalde, Texas, menewaskan 19 murid dan dua guru pada 24 Mei. Peristiwa itu terjadi sepuluh hari setelah seorang laki-laki bersenjata lain menewaskan 10 orang berkulit hitam di sebuah supermarket di Buffalo, New York dalam sebuah serangan bermotif rasial.
Kedua penembakan itu menambah urgensi baru terhadap debat berkelanjutan mengenai kekerasan bersenjata. Namun, kemungkinan akan hadirnya legislasi federal masih belum jelas karena penolakan keras kubu Republik terhadap upaya apapun untuk membatasi senjata api.
Dalam beberapa pekan belakangan, sebuah kelompok bipartisan dalam Senat telah berjanji untuk mengupayakan sebuah kesepakatan. Namun, mereka belum menyepakati perjanjian apapun.
Upaya mereka fokus pada perubahan kecil, seperti memberi insentif kepada negara bagian untuk meloloskan UU "red flag" yang memungkinkan pihak berwenang untuk menyita senjata dari orang-orang yang dianggap berbahaya. (vm/ah)/Reuters/voaindonesia.com. []