Puluhan Ribu Ternak Babi Mati di Sumatera Utara

Virus Hog Cholera membuat puluhan ribu hewan ternak babi mengalami kematian di Sumatera Utara.
Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara (Foto : Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Sebanyak 17 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara terdampak serangan virus Hog Cholera. Virus itu membuat puluhan ribu hewan ternak babi mengalami kematian.

Adapun 17 daerah itu adalah Kabupaten, Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Serdang Bedagai, Tapanuli Utara (Taput), Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan (Tapsel), Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Mandailing Natal (Madina). Selain itu, Kota Medan, Tebing Tinggi dan Kota Pematang Siantar.

Dari 17 daerah itu, yang paling banyak mengalami kematian ternak babi adalah Kabupaten Deli Serdang dengan angka kematian 7.307 ekor. Kemudian disusul Kabupaten Dairi 7.192 ekor, Taput 4.319 ekor, Tobasa 2.983 ekor, Karo 1.934 ekor, Serdang Bedagai 1.480 ekor, Tapsel 1.382 ekor.

Berikutnya Kabupaten Humbang Hasundutan 1.169 ekor, Simalungun 528 ekor, Pakpak Bharat 414 ekor, Tapteng 173 ekor, Samosir 101 ekor, Tebing Tinggi 80 ekor, Langkat 65 ekor, Medan 50 ekor, Pematang Siantar 40 ekor dan Mandailing Natal 6 ekor. Jumlah ternak babi yang mati berjumlah 29.223 ekor.

Angka kematian ternak babi milik peternak yang paling banyak di Kabupaten Taput, ada sekitar 82 desa yang mengalami ternak babinya tertular penyakit Hog Cholera. Dari total 17 daerah, jumlah desa yang tertular ada 385 desa.

Puluhan Ribu Ternak Babi Mati

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Mulkan Harahap mengatakan terdapat puluhan ribu ternak babi milik peternak yang mati.

Adapun laporan pertama adanya ternak babi mati dari daerah Kabupaten Dairi, tepatnya 25 September 2019. Akan tetapi, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara sebelum itu telah membuat surat agar dinas terkait di setiap daerah melakukan antisipasi munculnya wabah penyakit yang menyerang ternak babi.

"Kami dari dari Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara sudah menyurati dinas terkait di kabupaten dan kota yang ada, kita surati mereka untuk mengantisipasi munculnya wabah virus hog colera, itu sekitar 18 September 2019. Kemudian, 25 September Kabupaten Dairilah yang pertama sekali melaporkan adanya ternak milik warga mati," ucap Mulkan Harahap, Senin, 16 Desember 2019.

Mendapati laporan dari Kabupaten Dairi, kemudian Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara melakukan peninjauan ke lokasi, melakukan investigasi, mengambil sampel, periksa hasil penyebab dengan uji laboratorium dan melaporkan kepada pimpinan yaitu Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.

"Setelah kami melakukan kegiatan untuk mengatasi dan mengantisipasikan laporan dari Kabupaten Dairi, kami melaporkan kepada Bapak Gubernur, lalu diteruskan ke Kementerian Pertanian (Kementan) untuk dilakukan langkah lebih lanjut," ucap Mulkan.

Jangan Buang Bangkai ke Sungai

Selain itu, Mulkan tidak bisa membantah masih adanya ternak babi milik warga yang mati akibat dari virus tersebut. Hanya saja, dia mengharapkannya agar warga tidak membuang bangkainya di sembarangan tempat apalagi di sungai.

"Kami dari dinas mengajak masyarakat melakukan komunikasi, informasi dan edukasi atau KIE. Kita sarankan agar bangkai babi yang mati harus dikubur, jangan dibuang disungai dan sembarangan tempat, selain itu kita juga ingatkan agar peternak babi selalu melakukan bio securty, memberikan pakan yang sesuai, selalu bersihkan kandang, perketat lalu lintas ternak yang artinya tidak sembarangan meletakkan ternak itu," ucap Mulki.

Kemudian, dia juga mengatakan bahwa penyakit yang menimpa hewan bermuncung panjang dan selalu jalan merunduk ini tidak tularkan penyakit terhadap manusia. Jika ternak itu mati, bangkainya juga tidak menular kehewan lainnya.

"Selain itu, jika ternak itu sudah terserang penyakit, maka vaksin untuk menyembuhkan hewan ternak ini juga belum ada kita temukan, kita menunggu arahan dari Kementerian yang berwenang," kata Mulkan.

Setelah itu, mendapati adanya wabah virus yang menyerang hewan ternak babi, dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara juga terus melakukan dua hal, yaitu administrasi dan teknis operasional.

Untuk administrasi, sejak awal, mereka mendata hasil lapangan, gejala penyakit, hasil laboratorium dan membuat laporan kepada gubernur. Sedangkan untuk teknis, mereka juga membentuk tim, membuat posko, kordinasi kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkair di kabupaten dan kota.

"Kami lakukan dalam rangka reaksi cepat, teknis operasional ini terus kita lakukan sampai permasalahan ini selesai. Sampai saat ini, sesuai dengan sistem informasi kesehatan hewan nasional (Isikhnas), kemarian hewan ternak babi di Sumatera Utara ada 29.223 ekor. Angka ini pasti akan bertambah," kata Mulkan. []

Berita terkait
Ketakutan Pemerintah Jokowi Soal Virus Flu Babi
PDHI menilai muncul ketakutan dari pemerintah Jokowi sehingga belum mendeklarasikan wabah flu babi Afrika.
Kolera Babi Bikin Warga Sibolga Takut Makan Ikan
Isu virus hog cholera atau kolera babi telah terinfeksi pada ikan membuat warga Kota Sibolga, Sumatera Utara, takut mengkonsumi ikan
Hibrida Babi-Monyet Pertama di Dunia Lahir di China
Ilmuwan asal China berhasil melahirkan hibrida atau persilangan antara spesies babi dan monyet.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.