PSI: Usut Tuntas Kerusuhan Demonstrasi 22 Mei 2019

mendesak pihak kepolisian untuk sesegera mungkin mengusut tuntas dalang di balik kerusuhan demonstrasi 22 Mei yang berkobar di Jakarta.
PSI menggelar konferensi pers 'Usut Tuntas Dalang Kerusuhan 22 Mei' di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, pada Selasa 28 Mei 2019. (Foto: Tagar/Morteza A)

Jakarta - Sekjen PSI Raja Juli Antoni, mendesak pihak kepolisian untuk sesegera mungkin mengusut tuntas dalang di balik kerusuhan demonstrasi 22 Mei 2019 yang berkobar di Jakarta.

Menurut pria kelahiran Pekanbaru ini, terdapat upaya sistematis yang dilakukan para politisi, yang tidak bisa menerima kekalahan dalam Pilpres 2019.

Para politikus itu, menurutnya, berupaya mendelegitimasi institusi-institusi demokrasi seperti KPU dan Bawaslu dengan menyebarkan cerita bohong tentang kecurangan pemilu.

Hal tersebut makin memantik terpolarisasinya dua kubu pendung capres yang bertarung dalam Pemilu 2019, utamanya bagi relawan pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Lebih lanjut kata Toni, proses pemilu yang demokratis di Indonesia ini, coba digagalkan lewat berbagai cara; termasuk dengan upaya menciptakan kerusuhan pada 22 Mei lalu yang oleh aparat kepolisian dan diberitakan pula oleh media massa sebagai sebuah percobaan makar.

"Maka tindakan para 'petualang' ini sangat berbahaya dan mengancam demokrasi kita. Fitnah bertubi-tubi soal kecurangan pemilu, penyebaran hoaks, upaya menyulut kerusuhan sosial, persekongkolan sejumlah purnawirawan untuk mengulangi tragedi Mei 98 adalah bagian-bagian terpisah dari puzzle skenario besar menggagalkan hasil pemilu yang sah," kata Toni kepada wartawan di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, pada Selasa 28 Mei 2019.

Sebab itu, pihaknya mendorong Polri untuk mengusut tuntas aktor intelektual dibalik kerusuhan 22 Mei. "Kami mendesak agar semua pihak termasuk mastermind di balik kerusuhan untuk ditangkap diadili dan dihukum seberat-beratnya," tandasnya.

Menurut pria yang duduk juga sebagai Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf itu, penuntasan kasus kerusuhan 22 Mei dapat menjadi modal penting untuk mempertahankan demokrasi dari kelompok-kelompok yang hendak menghancurkan demokrasi di Indonesia.

"Kami sebagai partai yang lahir dari rahim demokrasi, berjanji terus mengawal dan memastikan bahwa demokrasi akan terus berjalan di negeri ini. Dan upaya menyelamatkan demokrasi hari ini adalah dengan cara mengusut tuntas kerusuhan 22 Mei," tegasnya.

Padahal, menurut Toni, faktanya adalah, Pemilu 2019 berlangsung dengan aman dan demokratis.

"Ditunjukkan dengan datangnya berbagai pengakuan para pemimpin dunia yang mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Bapak Joko Widodo sebagai Presiden dengan Wakil Presidennya Kyai Haji Ma'ruf Amin. Pemilu 2019 juga dipantau oleh puluhan lembaga independen dari dalam dan luar negeri," pungkasnya.

Baca juga:

Berita terkait