Bandung - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) wilayah Jawa Barat membenarkan ada kenaikan tingkat kehamilan di Jawa Barat selama pandemi Covid-19, terutama saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Maret dan April 2020.
“Iya memang ada kenaikan, tetapi kenaikan masih dianggap wajar belum begitu mengkhawatirkan atau melonjak,” tutur Kepala BKKBN wilayah Jawa Barat Uung Kusmana kepada Tagar saat ditemui di Bandung, 5 Juni 2020.
1. Tasikmalaya dan Cirebon Tertinggi
Menurut Uung, kenaikan tingkat kehamilan di Jawa Barat tidak terlalu signifikan. Pada Februari 2019 tercatat angka kehamilan 3,79% sedangkan pada Februari 2020 menurun menjadi 3,72%. Sementara itu Maret 2019 ada di angka 3,72% sedangkan Maret 2020 berada di 3,74% atau naik 0,02%. April 2019 berada di angka 3,7% sedangkan di April 2020 ada di 3,75%. “Melihat data kenaikan kehamilan ini masih wajar, belum mengkhawatirkan. Tetapi, tetap kita harus waspada terjadi lonjakan kalau tidak ada upaya penekanan tingkat kehamilan,” kata dia.
Selain membenarkan terjadinya kenaikan kehamilan di Jawa Barat, Uung pun membenarkan Kota Cirebon dan Tasikmalaya menjadi wilayah yang tertinggi peningkatan jumlah kehamilannya dibandingkannya kabupaten dan kota lainnya. Namun demikian Uung enggan merinci angka peningkatan tersebut. “Memang kita akui Tasikmalaya dan Cirebon tertinggi, apalagi di Maret saat mulai penerapan PSBB. Tapi, jangan khawatir angkanya masih wajar,” jelas dia.
Uung pun menerangkan, alasan kenapa tingkat kehamilan di Jawa Barat mengalami peningkatan. Pertama, dengan diterapkannya kebijakan PSBB di Jawa Barat membuat frekuensi berhubungan seksual terutama pasangan lama lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Kedua, secara psikologis pun kebijakan stay at home mungkin karena bosan dan lain sebagainya mendukung tingginya frekuensi berhubungan seksual. “Maka secara otomatis peluang memiliki anak makin tinggi karena frekuensi berhubungan badan pun tinggi, apalagi yang tak ber-KB,” terang dia.
Memang masyarakat terutama pasangan lama atau baru yang tak ber-KB ini tak bisa disalahkan, karena diakui layanan KB hampir disemua rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya terganggu semenjak adanya pandemi Covid-19. Semua tenaga medis fokus terhadap penanganan Covid-19, yang akhirnya layanan KB sedikit terbengkalai. “Program KB di layanan kesehatan memang agak terganggu selama pandemi Covid-19. Tenaga medis hampir semua fokus pada Covid-19,” keluh dia.
2. Sebar Alat Kontrasepsi
Agar tingkat kehamilan tidak semakin melonjak tambah Uung, BKKBN Jawa Barat pun telah masif membagikan alat kontrasepsi sementara, seperti kondom dan pil KB ke 27 kabupaten dan kota. Pendistribusian alat kontrasepsi ini diharapkan bisa menekan angka kehamilan di semua wilayah Jawa Barat, mengingat hamil di tengah pandemi Covid-19 beresiko tinggi mulai dari terpapar Covid-19, bayi dan ibu kurang sehat dan penyakit lainya.
“Saya imbau kepada keluarga terutama pasangan muda janganlah hamil dahulu. Silahkan berhubungan badan tetapi pakailah alat kontrasepsi. Bisa kondom atau pil KB atau KB tradisional (senggama terputus dan lain sebagainya),” imbau dia.
Ingat, ibu hamil itu harus happy, psikologis jangan terganggu karena berpengaruh terhadap bayi. Ibu hamil di tengah pandemi pasti psikologis terganggu karena kekhawatiran tinggi. Apalagi untuk pasangan yang secara ekonomi terdampak Covid-19, sudah pasti akan menjadi beban psikologis dan ekonomi keluarga. “Maka dari itu tunda dulu kehamilan, ingat pakai alat kontrasepsi ya,” pinta Uung. []