Profil Michael Levitt dan Ramalan Badai Corona

Tak perlu lockdown, cukup social distancing, tak lama lagi badai corona Covid-19 akan berlalu. Analisis ilmuwan Michael Levitt. Siapa dia?
Ahli biofisika Universitas Stanford dan peraih Nobel, Michael Levitt. (Foto: WIkipedia)

Jakarta - Ahli biofisika Universitas Stanford dan peraih Nobel, Michael Levitt, mengemukakan pandangan bahwa virus corona Covid-19 yang menjadi pandemi global akan segera mereda dalam waktu tak terlalu lama. Ia tidak percaya wabah corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.

Dilansir dari LA Times, Michael Levitt mengatakan dia memang tidak menyebutkan tanggal tertentu wabah Covid-19 berakhir, namun kenaikan kasus mulai melambat. Ia meminta dunia jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien corona yang berlangsung begitu cepat. 

"Tanda-tanda jelas pertumbuhan melambat. Yang kita butuhkan adalah mengendalikan kepanikan, kita akan baik-baik saja," kata Michael Levitt, 23 Maret 2020.

Profil Michael Levitt

Michael Levitt lahir di Pretoria, Afrika Selatan, 9 Mei 1947. Pendidikannya ditempuh di program spesialis Gelar Khusus Fisika, King's College, London, Inggris. Kemudian ia melanjutkan gelar doktoralnya di Biofisika, Laboratorium MRC Biologi Molekuler dan Cambridge University pada tahun 1971. 

Pada 1968, ia menikah dengan gadis pujaan hati bernama Rina. Dari perkawinan itu ia dikaruniai tiga anak, yaitu Daniel, Reuven, dan Adam.

Kondisi sesungguhnya tidak menakutkan seperti yang mungkin dibayangkan.

Michael LevittAhli biofisika Universitas Stanford dan peraih Nobel, Michael Levitt. (Foto: WIkipedia)

Levitt, masuk dalam nominasi dan berhasil memenangkan hadiah Nobel 2013 dalam bidang kimia. Dalam bidang tersebut, ia telah membukukan karya dengan jumlah 164 karya. Levitt pernah meramalkan secara akurat tentang epidemi Covid-19 di China akan mengalami penurunan signifikan.

Pada 1 Februari 2020, ia membagikan tulisannya tentang ramalan itu kepada sejumlah teman di China. Dari pantauan data, pada 31 Januari 2020, kasus corona di China masih di angka 46 kasus kematian baru. Hal itu menurun dibandingkan sehari sebelumnya dengan  42 kematian baru. Kondisi ini yang menjadikan Levitt yakin kasus corona akan mereda secara perlahan-lahan.

Levitt memiliki pengalaman pernah bergabung dengan EMBO Postdoctoral Fellow dengan Shneior Lifson, Weizmann Institute, Rehovot, Israel pada 1972-1974. Kemudian juga sempat dipercaya sebagai Staf Ilmuwan, Studi Struktural, MRC Laboratory Molecular Biology, Cambridge, Inggris (1974-1979).

Selama menekuni bidang penelitian kimia, ia juga menjalin hubungan dengan para ilmuwan dunia serta sempat mengunjungi Ilmuwan dengan Francis Crick, di Salk Institute, La Jolla, California pada tahun 1977-1979. Akhirnya, ia juga dipercaya dengan gelar kerhormatan Profesor Penuh Fisika Kimia pada Departemen Fisika Kimia, Institut Weizmann, Israel pada 1979-1987.

Dalam kasus corona, Levitt menjelaskan kondisi negara yang terpapar virus tidak akan jauh berbeda dengan kondisi di China. Dalam arti setelah mengalami puncak maka akan mereda dengan sendiri, bahkan bisa dikatakan akan menurun secara signifikan meski tanpa melakukan lockdown seperti di Wuhan, Hubai China.

Sebab, dalam pengamatannya dari 78 negara yang melaporkan penambahan 50 kasus baru setiap harinya terlihat adanya tanda-tanda pemulihan di banyak negara itu. Namun, fokus analisisnya adalah menitikberatkan pada jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap harinya. 

Michael LevittAhli biofisika Universitas Stanford dan peraih Nobel, Michael Levitt. (Foto: nobelprize.org)

Misalnya di Iran, meski setiap hari selalu dilaporkan temuan kasus baru tetapi siklusnya mulai melambat. "Iran sudah melewati setengah perjalanan," kata Levitt. Namun, di Italia yang masih tetap terjadi kenaikan menurutnya penyebarannya di luar kendali. 

Sehingga, kendati virus corona akan mengalami perlambatan secara global, ia tetap mengingatkan masyarakat dunia agar tetap wapada tapi juga jangan terlalu panik. Dengan menerapkan social distancing sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat.

"Kondisi sesungguhnya tidak menakutkan seperti yang mungkin dibayangkan," katanya.

Kehormatan dan Penghargaan

  1. Anggota, Organisasi Biologi Molekuler Eropa (1981)
  2. Fellow, The Royal Society (2001)
  3. Anggota, Akademi Sains Nasional AS (2002)
  4. Anggota, Akademi Seni & Sains Amerika (2010)
  5. Hadiah Hari Jadi, Federasi Masyarakat Biokimia Eropa (1986)
  6. Dewan Editorial, Struktur dan Opini Saat Ini dalam Biologi Struktural (1992)
  7. Editor, Jurnal Biologi Molekuler (2001)
  8. Co-direktur Program di Matematika dan Biologi Molekuler, Matematika dan Biologi Molekuler (1997-2002)
  9. Anggota, Proc Editorial Board. Natl. Acad. Sci. USA (2002)
  10. Profesor Riset Blaise Pascal, Fondation de l'Ecole Normale Superieure, Paris, Prancis (2003-2004). []

Baca juga:

Berita terkait
Profil Pangeran Charles, Calon Raja Inggris
Pangeran Charles positif terjangkit virus corona Covid-19. Ini profil lengkap calon penerus tahta kerajaan Britania Raya, calon Raja Inggris itu.
Profil Fachmi Idris, Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris dua periode menjabat Direktur Utama BPJS Kesehatan. Ia seorang dokter dan aktivis Indonesia. Ini profil lengkapnya.
Profil Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengku Buwono X memutuskan situasi tanggap darurat bencana virus corona Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini profil lengkap Sang Raja.
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"