Profil Edy Mulyadi, Wartawan FNN Ternyata Caleg Gagal PKS

Edy Mulyadi ternyata pernah mencalonkan diri sebagai caleg PKS nomor urut 8 daerah pemilihan Jakarta III tapi gagal.
Wartawan senior FNN< Edy Mulyadi. (Foto: Tagar/Youtube MimbarTube)

Jakarta - Wartawan Forum Network (FNN), Edy Mulyadi diperiksa oleh Bareskrim Polri untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait kasus penembakan enam anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) di Tol Jakarta-Cikampek.

Dikutip dari Tagar.id, Kasubdit III Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Kombes John Weynart Hutagalung membenarkan pernyataan tersebut saat dihubungi pada Senin, 14 Desember 2020.

"Iya, yang bersangkutan sebagai saksi dalam kasus laporan penyerangan petugas di (Tol) Jakarta-Cikampek 50," ujarnya.

Sebelumnya, video reportase wartawan senior Edy Mulyadi dari KM 50 tol Jakarta-Cikampek hanya dalam satu hari telah ditonton lebih dari 1 juta kali. Edy Mulyadi mengunjungi titik itu untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada enam laskar FPI yang tewas Senin dinihari pekan pada 7 Desember 2020 lalu.

Iya, yang bersangkutan sebagai saksi dalam kasus laporan penyerangan petugas di (Tol) Jakarta-Cikampek 50.

Edy Mulyadi dipanggil polisi dengan nomor surat S.Pgl/2792/XII/2020/Dit Tipidum tanggal 11 Desember 2020, Edy diminta untuk menghadap penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri hari, Senin (14/7) pukul 13.00 WIB.

Profil Edy Mulyadi

Edy dikenal sebagai wartawan senior yang telah bekerja di beberapa media. Pria yang kerap disapa Edy itu ternyata pernah mencalonkan diri sebagai caleg PKS nomor urut 8 daerah pemilihan Jakarta III tapi gagal.

Pria kelahiran Jakarta, 8 Agustus 1966 itu memulai kariernya sejak 1991 sebagai wartawan Neraca. Edy melanjutkan pekerjaannya tersebut media-media besar seperti Media Indonesia, Metro TV, TPI dan juga Warta Ekonomi.

Edy juga merupakan salah satu penulis juga yang bergabung bersama kompasiana sejak 23 Mei 2014 dengan nama akun edymulyadilagi. Ia menulis dirinya sendiri sebagai seorang jurnalis, media trainer, konsultan/praktisi PR.

Dari beberapa tulisannya yang ia unggah di kompasiana, Edy disebut-sebut sebagai orang yang anti terhadap Presiden Jokowi. Ia juga diduga membuat tulisan-tulisan yang menyindir Presiden Jokowi dengan dalih dia adalah seorang wartawan senior.

Diketahui Edy juga dikenal sebagai ustaz, dan menjabat sebagai Sekjen GNPF Ulama sejak Juli 2019. Edy ternyata juga caleg gagal dari PKS dalam pemilihan legislatif April 2019 lalu.

Dia sempat maju mencalonkan diri sebagai caleg PKS nomor urut 8 daerah pemilihan Jakarta III yang meliputi Jakarta Barat Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.

Edy juga menulis salah satu buku yang berjudul “Sri Mulyani Neolib Lho” yang menyoroti berbagai kebijakan Sri Mulyani yang dinilai merugikan masyarakat Indonesia dan negara, termasuk megaskandal Bank Century yang terjadi 2008 lalu.

Sebelumnya Edy membuat video yang diunggah melalui akun YouTube-nya @Bang Edy Channel. Dalam video berdurasi 6,24 detik yang dilihat detikcom, Edy mengatakan dia sudah mewawancarai beberapa pedagang di rest area Km 50

Edy dipanggil untuk memberikan keterangan sebagai saksi dalam dugaan tindak pidana di muka umum secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, yang dikaitkan dengan tindak pidana kepemilikan senjata api dan senjata tajam. Juga dikaitkan dengan tindak pidana melawan petugas. [] (Amira Salsabila Aprilia)

Baca juga: 

Berita terkait
Ini Profil JNE yang Diboikot Warganet
JNE dirintis oleh H Soeprapto Suparno dan diresmikan pada 26 November 1990 di Jakarta.
Profil Dudu Duswara, Hakim Agung Meninggal Karena Covid-19
Sebelum menjadi hakim agung, Dudu Duswara merupakan hakim ad hoc tindak pidana korupsi di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Profil Juliari Batubara, Mensos Ketiga Era Reformasi Terjaring KPK
Sebelum masuk dunia politik, ia dikenal sebagai pembisnis ulung, ia sempat menduduki sejumlah jabatan penting pada beberapa perusahaan.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.