Produk Unilever Tak Akan Lagi Pakai Bahan Bakar Fosil

Unilever Indonesia berkomitmen untuk menghasilkan produk ramah lingkungan yang aman untuk konsumen, dengan mengganti bahan bakar fosil.
Kantor Pusat Unilever di Indonesia (Foto: Unilever.co.id)

Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berkomitmen untuk menghasilkan produk  ramah lingkungan yang aman untuk konsumen. Emiten consumer good ini akan mulai melakukan transisi untuk menggantikan 100% karbon yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk-produk pembersih dan detergennya dengan karbon terbarukan atau karbon daur ulang. 

Langkah ini menurut Veronika Utami, Direktur Home Care PT Unilever Indonesia, Tbk, dilakukan untuk mentransformasi brand-brand di kategori pembersih dan detergen. Termasuk Molto, Rinso, Sahaja, Sunlight, Wipol, Superpell dan Vixal secara berkesinambungan.

Semakin tingginya jejak karbon dihasilkan, semakin besar pula dampak negatif yang kita berikan terhadap bumi.

Baca Juga: Apakah Saham UNVR atau Unilever Menarik Dikoleksi 

Menurutnya, ambisi baru ini adalah upaya untuk menciptakan masa depan yang bersih & lestari” (clean future), sebuah terobosan yang dirancang oleh divisi Home Care Perusahaan untuk secara fundamental mengubah cara pembuatan, produksi, dan pengemasan produk pembersih dan detergen paling ternama di dunia. 

"Upaya clean future secara konsisten menanamkan prinsip ekonomi sirkular ke dalam kemasan dan formulasi produk secara global guna mengurangi jejak karbon," ucap Veronika dalam keterangan tertulis, Kamis, 3 September 2020.

Umumnya, sebagian besar produk pembersih dan detergen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil, yaitu sumber karbon yang tidak dapat diperbarui. Peralihan bahan kimia yang digunakan Unilever ke sumber karbon terbarukan atau karbon daur ulang ini sengaja dilakukan untuk beralih dari ekonomi yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Veronika menambahkan, upaya clean future adalah inisiatif pertama untuk skala global. Dan merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan net zero emissions atau emisi nol dari produk-produknya pada tahun 2030.

"Semakin tingginya jejak karbon yang dihasilkan, semakin besar pula dampak negatif yang kita berikan terhadap bumi kita, terutama naiknya suhu bumi yang akan mengakibatkan berbagai ancaman bagi kelestarian lingkungan," tuturnya. 

Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih yang beredar di pasaran memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46% di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut. Untuk itu, dengan meninggalkan bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produknya, Unilever akan menemukan cara baru untuk mengurangi jejak karbon dari produk pembersih dan detergen terbesar di dunia. 

"Unilever menargetkan inisiatif ini akan dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20%," kata Veronika.

Baca Juga: Begini Rahasia Unilever Cetak Penjualan Rp21 Triliun

Peter ter Kulve, President of Home Care Unilever menerangkan, upaya clean future merupakan visi perusahaan ntuk merombak bisnis secara drastis. "Sebagai industri, kita harus memutuskan ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk sebagai bahan baku produk. Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti, untuk kemudian dimanfaatkan dalam skala besar,” ucapnya. []

Berita terkait
Selamat, Ignasius Jonan Sah Jadi Komisaris Unilever
Ignasius Jonan, eks Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) disahkan menjadi Komisaris Independen PT Unilever Indonesia Tbk.
Perusahaan yang Mendukung Kaum LGBT, Selain Unilever
Selain Unilever, ini dia deretan perusahaan dan produk klas dunia yang menyerukan dukungan terhadap kelompok LGBTQI.
Unilever Dukung LGBT, Protes dan Ajakan Boikot Bergema
Dukungan Unilever terhadap kelompok LGBT menuai protes dan ancaman boikot produk dari warganet asal Indonesia.