Problematika Pengelolaan Sampah di Yogyakarta

Sampah menjadi persoalan serius di Yogyakarta. Di TPST Piyungan, volume sampah terus menggunung, sementara lahan kian sempit.
Dump Truk sampah sedang membuang sampah di TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta. (Foto: Tagar/Rahmat Jiwandono)

Yogyakarta - Sampah menumpuk di sejumlah tempat di tiga daerah; Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Sampah rumah tangga dari tiga daerah ini dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tapi kini TPST sedang ditutup. Persoalan serius tentang sampah bagi Yogyakarta.

Peneliti Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Sulistyono mengatakan, TPST Piyungan harus dikelola secara serius. Sebab jika tidak dikelola serius, sampah yang menumpuk akan menghasilkan gas metan yang mengendap. "Gas metan yang dibiarkan mengendap suatu waktu bisa meledak seperti yang pernah terjadi di TPST Bantar Gebang, Depok, Jawa Barat," katanya, Jumat, 10 April 2020.

Selain itu, katanya, sampah yang menggunung cairannya akan meresap ke bawah tanah dan masuk ke sistem air di dalam tanah sehingga bisa terjadi pencemaran air. Yang bahaya ialah kalau airnya dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.

Sulistyono menyebut persoalan penumpukan sampah di TPST Piyungan karena tidak dikelola dengan benar. Pertama, sampahnya selama ini tidak dipilah-pilah, kedua tidak diolah lagi menjadi sesuatu atau yang bernilai ekonomis. "Sampah hanya sekedar ditumpuk saja," katanya.

Untuk diketahui, selama ini PTST Piyungan menerima sampah-sampah seberat 700 ton dalam waktu sehari. Sampah tersebut berasal dari Kota Yogyakarta 50 persen, Bantul 30 persen, dan Sleman 20 persen.

Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, saat ini TPST Piyungan hanya mengizinkan sampah yang diangkut menggunakan dump truck yang bisa masuk dan membuang sampah. Pasalnya, TPST sedang dilakukan perluasan lahan agar dapat menampung lebih banyak sampah.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olaharaga (Disdikpora) DIY itu menyatakan, jika ada dump truck dari pihak swasta yang akan membuang sampah ke TPST bisa masuk asal mendapatkan izin. "Dump truck dari pihak swasta bisa masuk jika menunjukkan surat izin dari Kabupaten Sleman, Bantul, atau Kota Yogyakarta," katanya.

Gas metan yang dibiarkan mengendap suatu waktu bisa meledak seperti yang pernah terjadi di TPST Bantar Gebang, Depok, Jawa Barat.

Menurut dia, perluasan lahan dilakukan di sisi bawah TPST Piyungan. Untuk itu sampah yang masuk dibuang di sisi atas. Pemda DIY sedang membangun jalan serta talud di TPST Piyungan. Jalan yang dibuat disejajarkan dengan jalan yang sudah ada, sementara untuk talud di bagian bawah dibuat terasering. Pembangunan itu ditargetkan bisa selesai dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan.

Kemudian, pembangunan di sisi atas juga akan dilakukan jika pengerjaan jalan dan talud sudah selesai. "Nanti giliran sampah yang masuk ditaruh di bawah, yang atas akan dibangun," katanya.

Sampah Sementara Timbun Dulu di Rumah

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Suyana mengimbau warga menimbun sampah rumah tangga di masing-masing rumah terlebih dulu. Sampah yang disimpan dikemas yang bagus sampai situasi kembali normal. "Petugas (pengangkut sampah) sudah kami beritahu untuk tidak mengambil sampah di rumah tangga atau di TPS sementara," katanya.

Dia mengaku belum memastikan sampai kapan petugas diminta tidak mengambil sampah di rumah-rumah. Jika sampah menumpuk dan menimbulkan bau, pihaknya akan menyemprot bahan pengurai bau dan juga menutupi sampah. Hal itu dilakukan di seluruh TPS di Yogyakarta jika TPST Piyungan belum dibuka.

Subekti, 66 tahun, warga Kampung Pengok, Kelurahan Demangan, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, mengeluh karena petugas pengangkut sampah tak kunjung mengambil sampah rumahnya. "Warga akhirnya menimbun (sampah) sendiri. Karena TPS Kampung Pengok juga ditutup, warga atau masyarakat yang melintas dilarang buang sampah dahulu," katanya.

Menurut dia, TPST Piyungan sedang ditutup akhirnya TPS yang ada di lingkungan warga juga ditutup. Tujuannya agar tidak terjadi seperti tahun lalu, di mana sampah warga menumpuk dan tidak terurus karena lama tidak diangkut.

Sunanto, 45 tahun, masih bisa membuang sampah ke TPS di dekat Stadion Mandala Krida. Sunanto inisiatif membuang sendiri sampah di rumahnya karena tidak ada petugas yang datang. "Karena sampah cukup banyak tertimbun di rumah, saya inisiatif membuang sampah sendiri ke TPS. Jika tak segera dibuang akan menimbulkan bau tak sedap," ungkapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Nasib Sampah Menggunung di TPST Piyungan Bantul
Sampah menggunung di TPST Piyungan Bantul sampai saat ini masih menunggu investor yang bersedia mengolahnya. Ada investor Korea yang tertarik.
Harapan Sultan tentang Kawasan Industri Piyungan
Pemda DIY berharap Kawasan Industri Piyungan di Bantul menjadi contoh pendirian indutri kreatif yang padat karya atau melibatkan massyarakat.
Reaksi Warga Bantul soal Tempat Pemilihan Sampah
Warga Canden Bantul menolak rencana pembanguan TPSP. Ada dua alasan penolakan, yakni menjadi sarang penyakit dan menimbulkan pencemaran.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.