Prabowo Sering Sindir Pers saat Kampanye, Ini Kata Pengamat

Dalam sejumlah kesempatan, Prabowo Subianto kerap melontarkan kritikan tajam terhadap pers.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kemeja cokelat) berkampanye di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat pada Jumat (29/3/2019). (Foto :Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 30/3/2019) - Dalam sejumlah kesempatan, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kerap melontarkan kritikan tajam terhadap pers. Entah ketika sengaja melihat pers dari kejauhan, ataupun ketika wawancara langsung dengan menegur wartawannya.

Saat kampanye terbuka perdana di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Ketua Umum Partai Gerindra ini pun kembali mengkritik keberadaan pers. Sembari menyapa kehadiran mereka di kampanyenya.

"Hallo pers, hallo media, how are you today? Kira-kira kita diliput nggak ya? Kira-kira ditayangkan nggak? Lu mau tayang kan kek, lu nggak tayangkan kek, nggak ada urusan," tuturnya, Minggu (24/3).

"Rakyat sudah sadar, rakyat sudah bangkit, rakyat sudah tidak bisa dihohongi lagi, jadi lu mau tayang apa nggak terserah lu deh," sambungnya.

Baca juga: Jokowi Unggul di Semua Daerah di Pilpres 2019 Kecuali Sumatera, Kenapa?

Ketika Prabowo menunjukan ketidakpercayaan terhadap pers, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin justru menjadi sebuah kerugian untuk dirinya. Sebab, sebagai calon presiden semestinya Prabowo dekat dengan seluruh unsur masyarakat, termasuk pers.

"Sebuah kerugian jika ada calon presiden yang tidak dekat dan melemparkan ketidak sukaannya pada masyarakat,” bebernya kepada Tagar News, Jumat (29/3).

Pasalnya, 'ketidaksukaan' itu sedikit banyak akan berpengaruh pada suara pemilih. Nantinya, mungkin saja  informasi yang seharusnya tersampaikan pada masyarakat, malah terhambat karena dirinya yang tidak dekat dengan pers.

"Sedikit atau banyak akan mempengaruhi suara pemilih. Karena bisa saja apa yang disampaikan Prabowo tidak akan sampai ke masyarakat," jelasnya.

Akhirnya, Prabowo pun memilih berkampanye melalui media sosial. "Mungkin juga Prabowo berkampanye melaui media sosial. Media pemberitaan ditinggalkan. Media sosial digarap. Makanya ada rasa ketidaksukaan ke media," terangnya.

Tapi, tetap saja menurut Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini, sebagai calon pemimpin Prabowo menjadi sosok yang dekat dengan siapapun. Termasuk dengan pers.

"Sejatinya siapapun calon presidennya harus dekat dan mendekat dengan dengan media," tukasnya.

Baca juga: PDIP ke Prabowo: Kasihan, Tidak Update, Kurang Gaul, Referensi Orba Dipakai Sekarang

Berita terkait
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.