Pot Lukis Imut, Cantik, dan Unik dari Yogyakarta

Seorang pemuda berusia 30 tahun di Yogyakarta menjual pot lukis berukuran kecil dengan gambar unik. Awalnya dia hanya membantu sang ibu.
Sejumlah pot lukis milik Reza Chandra Rahardian, 30 tahun, yang sudah digunakan untuk menanam kaktus mini, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta – Puluhan pot tertata rapi di teras salah satu rumah di kawasan Wirosaban, Yogyakarta. Beberapa di antaranya berisi pohon kaktus mini dan tanaman hias berukuran kecil lainnya. Sebagian lainnya hanya berupa pot kosong dengan bentuk dan motif unik.

Seluruh pot yang ada di teras itu terbuat dari tanah liat atau gerabah, tetapi pot-pot itu terlihat cantik dan unik dengan lukisan yang menghiasinya, mulai dari karakter Doraemon, Suneo, hingga motif-motif sederhana bergambar kaktus.

Jika dilihat sekilas, pot-pot itu tidak tampak seperti pot gerabah, tetapi lebih mirip pot dari keramik karena warnanya yang mengilap dan halus. Selain pot berbentuk gelas seperti pot pada umumnya, ada juga pot berbentuk kucing, sapi, serta pot bundar.

Cerita Pot Lukis di Yogyakarta (2)Reza Chandra Rahardian, 30 tahun, memegang pot lukis yang berbentuk kucing, di rumahnya, kawasan Wirosaban, Yogyakarta, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Di dalam ruang depan rumah, juga terdapat puluhan pot lain. Sebagian masih merupakan bahan mentah atau belum dilukis. Seorang pemuda duduk tidak jauh dari situ, dia terlihat mengatur sebagian pot yang sudah siap dijual.

Reza Chandra Rahardian, 30 tahun, pemuda itu, merupakan pemilik dari puluhan pot lukis yang dipasarkan secara daring atau online ke beberapa pulau di Indonesia.

Awalnya Bantu Ibu

Reza, sapaan akrab Reza Chandra Rahardian, mengisahkan perjalanannya bergelut dengan cat lukis dan kaktus mini. Pembuatan pot lukis itu dimulai Juli 2019. Saat itu ada kegiatan perayaan HUT RI di kampungnya. Panitia perayaan meminta setiap kelompok dasawisma di kampung itu menampilkan produk UMKM.

Awalnya itu dulu kegiatan ibu saya untuk dasawisma. Untuk perayaan 17 Agustus, waktu itu setiap 10 rumah atau dasawisma diminta mengeluarkan produk UMKM. Boleh makanan, boleh kerajinan. Itu kalau tidak salah sebagai pengganti lomba.

Saat itu Reza mencoba membantu ibunya dengan mencari ide di internet. Dia mencari bentuk usaha yang masih jarang dijalani oleh orang lain. Yang ditemukannya adalah pot lukis. “Waktu itu masih sedikit yang jual, terus saya beli pot mentahnya di Kasongan, terus dilukis sendiri,” ucapnya mengenang.

Reza membeli 15 pot gerabah di Kasongan dan melukisnya sendiri, dengan lukisan yang apa adanya, karena memang tujuan awalnya bukan untuk mendapatkan penghasilan. Kelima belas pot itu pun dipamerkan saat perayaan HUT RI, dan ternyata peminatnya cukup banyak.

Melihat respons warga sekitar yang cukup bagus, Reza mencoba menawarkan cat lukis kreasinya melalui Facebook, dengan harapan jangkauan pemasaran menjadi lebih luas. Hasil produksinya saat itu masih jauh dari sempurna, sebab dia masih bereksperimen mengenai cara pengerjaan, bahan cat, dan motifnya.

Cerita Pot Lukis di Yogyakarta (3)Sebagian cat lukis yang dijual oleh Reza Chandra Rahardian, 30 tahun, di rumahnya, kawasan Wirosaban, Yogyakarta, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Pertama dapat pesanan itu dari Facebook. Saya kan ikut komunitas kaktus. Terus ada yang pesan minta gambar kaktus atau emoji hp,” ucapnya, Rabu, 21 Oktober 2020.

“Orderan pertama itu seratus pot. Itu pesanan dari Kudus, dia jadi reseller, jadi dijual lagi. Waktu itu setiap motif untuk 10 biji, jadi ada 10 motif,” Reza menambahkan.

Sebelum pesanan itu dikirimkan, Reza menyempatkan diri untuk memotret masing-masing motif, kemudian mengunggahnya kembali di media sosial (medsos). Motif-motif baru itu rupanya banyak diminati. Bahkan beberapa memesan pot dengan motif yang lucu.

Di situlah Reza mulai serius dan fokus menggarap lahan bisnis ini. Dia mulai mencari cat yang paling cocok untuk gerabah, cara menghaluskan dan bahkan mencari tenaga pekerja seni untuk melukis pot. Hasilnya, pot lukis buatannya menjadi lebih bagus daripada yang ada di pasaran.

“Kita finishingnya halus, kalau tempat lain finishing cuma sekali, kita dua kali, jadi kinclong. Kayak keramik. Kita lapisannya bukan cuma di bagian dalam, tapi di luar juga,” ujarnya.

Selain kualitas yang lebih bagus, Reza juga melayani pembelian eceran meski pembeli meminta motif custom atau menentukan sendiri motif lukisan. “Di tempat saya custom beli satu biji bisa. Kalau di tempat lain kan mungkin 10 biji minimal. Saya sebiji tetap bisa custom motif.”

Beragam motif yang ada di antaranya panda, es krim, kaktus, dan beberapa lainnya. Sedangkan untuk motif custom yang pernah digarap antara lain, tokoh Disney, Iron Man, tokoh komik, dll.

Untuk saat ini pot lukis yang paling banyak dicari adalah pot bermotif kaktus. Sementara model pot yang banyak diminati adalah pot berbentuk kucing.

“Sekarang pemasarannya sampai luar Jawa. Riau, Palembang, Lampung, Pangkalan Bun, Banjarmasin, Makassar, Luwu Timur, NTB,” kata Reza.

Ceritaa Pot Lukis di Yogyakarta (4)Sebagian pot lukis bermotif karakter tokoh kartun yang dijual oleh Reza Chandra Rahardian, 30 tahun, di rumahnya, kawasan Wirosaban, Yogyakarta, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Kini dalam sepekan Reza secara rutin memesan 100 pot dari perajin, terdiri dari 50 pot biasa dan 50 pot bundar. Pesanan itu di luar pesanan pot berbentuk binatang yang juga mulai digemari.

Proses Pembuatan

Untuk mendaptkan pot lukis dengan kualitas bagus diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama, sebelum mulai dilukis, pot-pot yang baru datang dari perajin disortir terlebih dahulu.

Jika ada pot yang cuil atau retak, meskipun retakannya setipis rambut, tidak akan lolos sortir. Selanjutnya pot yang sudah disortir itu dihaluskan dan diberi warna dasar. 

Dari beberapa ukuran pot yang dijualnya, yakni mulai dari empat hingga 10 sentimeter, yang paling laris adalah ukuran delapan sentimeter.

“Warna dasar sesuai motif dan pesanan. Setelah itu baru digambar. Selanjutnya masuk proses finishing,” ujarnya.

Untuk selusin pot lukis berdiameter delapan sentimeter, proses penghalusannya memakan waktu sekitar 30 menit. Selanjutnya diberi warna dasar dan dikeringkan. Waktu yang dibutuhkan juga sekitar 30 menit. Total waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan selusin pot lukis sekitar setengah hari.

Tapi waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama jika motif yang dipesan oleh pelanggannya cukup rumit, misalnya motif karakter kartun dll. Proses pengerjaan yang lebih lama membuat Reza mematok harga lebih tinggi untuk pot dengan motif-motif rumit.

“Harga jual per biji untuk ukuran delapan sentimeter Rp 12 ribu, kalau pesannya di atas satu lusin dihitung sebagai reseller, harga reseller Rp 10 ribu per biji. Kalau yang rumit harganya Rp 15 ribu per biji,” kata Reza.

Biasanya para pembeli menggunakan pot-pot itu untuk menanam kaktus mini. Tidak jarang mereka bahkan memesan pot sekaligus kaktus dan media tanamnya pada Reza. “Kita menyediakan media tanam juga. Kadang ada yang beli paket berkebun, isinya media tanam, kaktus, pot, dan sarung tangan.”

Saat ini setiap hari Reza menerima pesanan pot, baik melalui Facebook maupun toko daringnya di dua e-commerce.

“Kalau di e-commerce bisa cari toko Meytacraft. Saya juga biasa update lewat Whatsapp. Kalau pelanggan yang sudah sering beli di sini biasanya langsung pesan kalau saya update motif baru,” ucap pria yang dulunya membuka jasa pembuatan website ini.

Cerita Pot Lukis di Yogyakarta (5)Seorang pekerja seni, Agus Sudaryanto, 46 tahun, sedang melukis pot berukuran kecil, di kawasan Wirosaban, Yogyakarta, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sementara, Agus Sudaryanto, 46 tahun, pekerja seni yang melukis pot-pot tersebut, menjelaskan, motif yang paling membutuhkan banyak waktu untuk dilukis adalah motif karakter tokoh-tokoh film. Bukan karena sulit digambar, tetapi karena karakter tokoh-tokoh film biasanya menggunakan beragam warna.

Dia mencontohkan, untuk tokoh Frozen misalnya, warna rambut, mata, dan pakaiannya berbeda. Dirinya harus beberapa kali membuat campuran cat untuk mendapatkan warna-warna itu.

“warnanya kan beda-beda masing-masing karakter. Satu karakter saja bisa beberapa warna. Kalau banyak warna kan cat harus bikin campuran warna lagi.”

Selain membutuhkan lebih banyak waktu, pencampuran warna itu otomatis menggunakan lebih banyak cat, sebab cat yang sudah tercampur tidak bisa digunakan untuk mewarnai motif lain. []

Baca juga:

Rias Pengantin Gratis Warga Terdampak Pandemi di Yogyakarta

Yatim Sejak Remaja, Kini Bertarung di Pilkada Sumba Timur

Berita terkait
Hangatnya Kopi dan Musik di Sela Cuaca Dingin Ruteng
Alline Cafe Houese menjadi kafe popular di Ruteng, manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan alunan live musiknya pada setiap akhir pekan.
Nama 10 Pasukan Keraton Yogyakarta dan Filosofinya
Keraton Yogyakarta memiliki 10 pasukan atau bregodo, dua di antaranya berasal dari Sulawesi. Masing-masing mempunyai makna filosofis tersendiri.
Makna Warna Seragam Prajurit Keraton Yogyakarta
Pakaian yang mirip dengan seragam prajurit Keraton Yogyakarta dikenakan oleh duta wisata di kawasan Malioboro. Ini makna warna seragam prajurit.