Populasi Ikan Sapu-Sapu Resahkan Nelayan Aceh Singkil

Nelayan sungai di Aceh Singkil, Provinsi Aceh, merasa risau dengan populasi ikan Sapu-Sapu.
Warga Ujung Bawang, Aceh Singkil, memperlihatkan ikan Sapu-Sapu, Jumat 25 Oktober 2019. Populasi ikan berwarna hitam ini menjadi ancaman bagi nelayan karena merusak alat tangkap jaring. (Foto: Tagar/Khairuman).

Singkil - Para nelayan sungai di Aceh Singkil, Provinsi Aceh, merasa risau dengan populasi ikan Sapu-Sapu yang hidup di sepanjang sungai daerah itu, semakin meningkat.

Ikan jenis ini dinilai merusak alat tangkap nelayan dan juga merusak ekosistem sungai hingga membuat hasil tangkapan nelayan pun terganggu.

Jul, salah seorang nelayan warga Desa Peabumbung di Aceh Singkil, mengatakan perkembangbiakan ikan Sapu-Sapu meningkat dalam sepuluh tahun terakhir.

"Diperkirakan sudah ribuan perkembangan ikan ini, karena setiap nelayan menjatuhkan jaringnya ke dalam sungai selalu masuk ke jaring dan merusak," katanya, ditemui Jumat 25 Oktober 2019.

Menurut Jul, ikan ini menjadi hama bagi para nelayan yang menangkap di sungai sepanjang perkebunan kelapa sawit milik warga dan perusahaan. Sekali tarik, puluhan ikan tersebut masuk ke jaring nelayan.

"Kami merasa kewalahan dengan perkembangan ikan Sapu-Sapu ini yang tidak mau habis, jaring-jaring kami habis hancur dibuatnya," kata Jul.

Apalagi saat musim banjir seperti ini, ribuan ikan ini akan tertangkap jaring

Dia menyebut, warga berharap pemerintah setempat mencari solusi membasmi ikan tersebut, yang diduga juga telah menghabisi ikan-ikan lain di sungai.

"Apalagi saat musim banjir seperti ini, ribuan ikan ini akan tertangkap jaring, karena mereka akan naik ke atas," imbuhnya.

Ikan jenis kata Jul, tak diketahui apa manfaatnya dan tidak dikonsumi oleh warga.

Ikan Sapu-Sapu punya nama ilmiah glyptoperichthys gibbiceps. Ikan ini memiliki warna tubuh cokelat hitam kekuningan dengan sirip punggung yang besar.

Ikan ini dapat tumbuh hingga mencapai ukuran panjang 50 sentimeter dan dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ikan dari famili loricariidae ini memiliki nama lain ancistrus gibbiceps dan pterygoplichthys gibbicep.

Ikan tergolong invasif, karena dampak yang dapat ditimbulkan meliputi perubahan struktur lingkungan perairan, gangguan rantai makanan, persaingan dengan spesies endemik dalam hal pemanfaatan sumber daya, penting seperti makanan dan ruang hidup, perubahan komunitas tumbuhan air, dan kerusakan pada alat tangkap ikan.

Jika ikan dibiarkan berkembang biak di sungai, ikan-ikan kecil yang ada di sekitarnya bisa habis hingga akhirnya menguasai perairan, baik itu di laut maupun di sungai atau di danau.

Itu sebabnya warga diimbau tidak membuang ikan jenis invasif itu ke sungai itu, karena perkembangbiakannya sangat cepat.[]


Berita terkait
Nelayan Bantaeng Hilang, Ditemukan Selamat di Bulukumba
Dia ditemukan terombang-ambing di perairan Kabupaten Bulukumba.
Nelayan Sibolga-Tapteng Korban Pungli Aparat Hukum Laut
Mereka mendesak dewan dan pemerintah memberantas perilaku pungli yang meresahkan nelayan.
Melaut di Aceh Singkil, Kapal Nelayan Sibolga Diamankan
Satu unit kapal nelayan asal Sibolga, diamankan pihak Panglima Laot dan Dinas Perikanan Kabupaten Aceh Singkil.