Politik Abu-abu NasDem di Kabinet Jokowi Jilid II

Pengamat politik Arya Fernandes menilai NasDem tengah berupaya memainkan politik abu-abu di Kabinet Jokowi Jilid II.
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kanan) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman bersiap menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.(Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Jakarta - Peneliti dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai Partai Nasional Demokrat (NasDem) tengah berupaya memainkan politik abu-abu. 

Hal itu dikatakannya melihat adanya pertemuan yang dilakukan ketua umum Surya Paloh dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"NasDem mungkin ingin memainkan politik abu-abu," ujar Arya, Jumat, 1 November 2019, seperti diberitakan Antara

Bila benar-benar berpindah haluan, Arya meyakini NasDem tidak akan menjadi oposisi murni. Itu dikarenakan adanya tiga kader partai yang masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju.

Ketiganya adalah Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian, dan Johnny G. Plate sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika.

Menurut Arya, Surya Paloh tidak akan mengorbankan ketiga kadernya itu untuk direshuffle. Oleh karena itu, NasDem diperkirakan tetap berada di pemerintahan.

Di sisi lain, kata dia, NasDem diduga juga tengah mengincar lumbung suara pendukung oposisi yang ditinggalkan oleh Partai Gerindra. Partai tersebut dinilai ingin berperan sebagai partai dengan citra sebagai pengontrol pemerintah.

NasDem ingin memberikan kesan juga kepada partai di istana atau partai di pemerintahan bahwa NasDem itu tidak bisa dipandang kecil lagi.

Arya mengungkapkan partai dengan karakter sebagai oposisi masih memperoleh dukungan dari sebagian masyarakat.

"NasDem melihat kelompok yang preferensi politiknya berbeda dengan pemerintah ini kan cukup banyak. Jadi dia ingin memainkan dua peran sekaligus," katanya.

Peran pertama yang dimaksudkannya itu adalah menjadi pendukung pemerintah. "Kedua adalah karena market politiknya besar, menjadi peran sebagai partai yang kontrol pemerintah," ucap Arya.

Di samping itu, Arya menduga manuver politik yang tengah dilakukan NasDem saat ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tawar kepada pemerintah.

"NasDem ingin memberikan kesan juga kepada partai di istana atau partai di pemerintahan bahwa NasDem itu tidak bisa dipandang kecil lagi, karena dia tidak bisa dipandang remeh, karena dia bisa saja membuat poros baru yang bisa memberikan perspektif yang berbeda kepada pemerintah," katanya.

Arya mengungkapkan langkah-langkah politik yang sedang dimainkan NasDem saat ini berimplikasi terhadap kepentingan politik di masa yang akan datang.

"Mungkin untuk kepentingan lain, misalnya persiapan menjelang Pemilu Presiden 2024. Meski masih panjang atau persiapan Pilkada serentak di 2020," tutur Arya. [] 

Baca juga:

Berita terkait
Nasdem Dorong Anies Terbuka Soal Rancangan APBD DKI
Partai Nasdem meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan transparansi bujet dari mulai rencana rancangan dibuat terkait APBD Ibu Kota.
NasDem Klaim Tetap Dukung Jokowi
Anggota DPR RI Hillary Brigitta Lasut mengatakan Partai NasDem tetap mendukung program-program Presiden Jokowi.
Pertemuan PKS dan NasDem Simbol Perlawanan Surya Paloh?
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul komentari pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan PresidPKS Sohibul Iman.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.