Medan - Kematian aktivis Walhi Sumatera Utara, Golfrid Siregar masih menyimpan misteri. Walhi mendorong polisi untuk melakukan investigasi mengungkap misteri kematian aktivis HAM dan Lingkungan Hidup yang dikenal vokal itu.
Hal itu dikatakan Direktur Walhi Sumatera Utara, Dana Prima Tarigan, sebagai salah satu langkah yang harus dilakukan saat ini.
Sebab, sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai penyebab kematian kuasa hukum Walhi Sumatera Utara tersebut, apakah murni kecelakaan, dibegal atau penganiayaan.
Atas dasar itu, Walhi meminta agar dibentuk tim investigasi yang transparan dan juga bisa melibatkan Walhi.
"Kita pingin Walhi dilibatkan dalam setiap tahapan itu, kita bisa kawal kasus ini," ujar Dana, Selasa 8 Oktober 2019.
Seperti diketahui, polisi sudah melakukan autopsi terhadap jenazah Golfrid Siregar di RS Bhayangkara, Medan, Senin 7 Oktober 2019 malam. Dari situ, kata Dana, polisi sudah dapat mengindikasi apa sebenarnya penyebab kematian Golfrid.
Agar kasus ini dapat diungkap secara transparan dan cepat diselesaikan. Harapannya, semua fakta bisa dibuka
"Hasil autopsi sudah ada, CCTV sudah bisa dibuka," kata Dana.
Lebih lanjut kata Dana, berita kematian Golfrid juga sudah menjadi perhatian sesama aktivis lingkungan, terutama Walhi di Jakarta dan daerah lainnya.
"Rencana kita bersama rekan-rekan Walhi Nasional dari daerah lain, juga akan mengawal kasus ini sampai ke Komnas HAM, agar kasus ini dapat diungkap secara transparan dan cepat diselesaikan. Harapannya, semua fakta bisa dibuka," ungkap Dana.
Golfrid Siregar meninggal dunia, Minggu 6 Oktober 2019, sekitar pukul 15.20 WIB, di Rumah Sakit Umum Pratama Adam Malik setelah dirawat sejak Kamis 3 Oktober 2019.
Sebelumnya, Golfrid menghilang sejak Rabu 2 Oktober 2019, sekitar pukul 17.00 WIB untuk pergi ke JNE dan bertemu seseorang di kawasan Marendal, Medan.
Sejak saat itu, dia tidak bisa dikontak oleh istrinya. Golfrid kemudian ditemukan terkapar di fly over Simpang Pos, Kamis 3 Oktober 2019 pada pukul 01.00 dini hari.
Dia ditemukan tidak sadarkan diri di fly over Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Padang Bulan, Medan.
Golfrid ditemukan oleh tukang becak yang kebetulan melintas di sana. Tukang becak tersebut kemudian membawanya ke RS Mitra Sejati lalu diarahkan untuk ditangani ke RSUP Adam Malik.
Golfrid mengalami luka serius di bagian kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur. Hal ini mengharuskannya menjalani operasi pada Jumat 4 Oktober 2019. Setelah sekitar tiga hari mendapatkan penanganan akhirnya Golfrid menghembuskan nafas terakhir.
Setelah menjalani autopsi di RS Bhayangkara, Medan pada Senin 7 Oktober 2019, jenazah Golfrid dibawa ke rumah keluarganya di Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, untuk selanjutkan mengikuti acara pemakaman, Selasa 8 Oktober 2019. []