Jakarta - Pengamat Arsitektur Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Moch Danisworo meminta pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur harus memperhatikan aspek lingkungan, mengingat wilayah tersebut merupakan paru-paru nomor dua dunia setelah Brasil.
"Minimal jangan ada pohon yang dibabat, kalaupun ada harus diganti dalam jumlah dan jenis yang sama," kata Danisworo usai peluncuran buku karyanya bertajuk "Architechture: Beyond Building" di Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019, seperti diberitakan Antara.
Memindahkan ibu kota itu harus bisa membuat warga sekitar yang semula terbelakang menjadi maju.
Danisworo mengatakan pentingnya memperhatikan kontur tanah untuk bangunan-bangunan dan infrastruktur pendukung lainnya, terkait rancangan pemindahan ibu kota.
Kata dia, mewujudkan kota cerdas (smartciry) juga harus didukung dengan pembangunannya, yakni melalui perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan perubahan iklim. Karena, memindahkan ibu kota, bukan sekedar memindahkan bangunan, tetapi juga memindahkan komunitas.
"Memindahkan ibu kota itu harus bisa membuat warga sekitar yang semula terbelakang menjadi maju," ucap dia.
Dengan demikian, harus ada peningkatan sumber daya manusia, kalau ibu kota jadi dipindahkan.
Danisworo menyoroti urbanisasi akan menjadi problem dalam beberapa tahun ke depan, sehingga aspek ini juga harus menjadi perhatian dalam membangun ibu kota baru. "Pentingnya saat ini membangun kota-kota baru di daerah-daerah sehingga arus urbanisasi dapat ditekan," tuturnya. []