Jakarta - Penelitian terbaru Universitas Oxford Inggris menyebutkan penyintas virus corona atau Covid-19 berisiko besar terkena penyakit mental atau gangguan jiwa.
Hasil studi yang dirilis pada Senin 9 November 2020 mengungkapkan, sebanyak 20% orang yang dinyatakan terinfeksi virus corona 90 hari kemudian didiagnosis mengalami gangguan kejiwaan.
Kecemasan, depresi, dan insomnia menjadi yang paling umum dialami pasien Covid-19 setelah pulih. Para peneliti Oxford juga menemukan risiko demensia yang secara signifikan bisa mengganggu kondisi otak.
"Orang-orang khawatir jika selamat dari Covid-19 memiliki risiko besar mengalami masalah kesehatan mental, dan temuan kami .. menunjukkan kemungkinannya," kata seorang profesor psikiatri di Oxford, Paul Harrison, dikutip dari laman Indian Express, Kamis 12 November 2020.
Kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi stres psikologis, situasi pandemi, dan efek penyakit tersebut terhadap fisik.
Paul menganjurkan para dokter dan ilmuwan di seluruh dunia menyelidiki penyebabnya dan mengidentifikasi tindakan perawatan baru untuk penyakit mental setelah orang terinfeksi virus corona.
"Tenaga (kesehatan) harus siap memberikan perawatan meski hasil [penelitian] kami cenderung diremehkan," sambungnya.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry ini menganalisis catatan kesehatan sebanyak 69 juta orang di Amerika Serikat, termasuk lebih dari 62.000 kasus Covid-19.
Ahli kesehatan mental yang tidak terlibat langsung dengan penelitian tersebut mengatakan, penelitian ini menambah bukti yang ada bahwa Covid-19 dapat memengaruhi otak dan pikiran, serta meningkatkan risiko berbagai penyakit kejiwaan.
"Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi stres psikologis, situasi pandemi, dan efek penyakit tersebut terhadap fisik," kata konsultan psikiater di University College London Inggris, Michael Bloomfield.
Profesor psikiatri di King's College London, Simon Wessely mengatakan, temuan Oxford tersebut menguatkan hasil studi serupa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya.
"Covid-19 memengaruhi sistem saraf pusat, dan mungkin secara langsung memicu gangguan lainnya. Tapi penelitian ini bukan 'keseluruhan dari cerita'. Risiko bisa meningkat karena sakit sebelumnya," tutur Simon.