Jakarta - Tawuran antara warga Manggarai Selatan dengan warga Menteng Tenggulun kembali terjadi. Kali ini, tawuran dua hari berturut-turut pada Selasa, 3 September 2019 dan Rabu, 4 September 2019. Tawuran di kawasan Manggarai itu pun menyebabkan lumpuhnya Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) di Manggarai.
Peneliti sosial vokasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai salah satu penyebab terjadinya tawuran antar remaja di sana akibat faktor identitas.
Karena, jika tawuran dilakukan orang dewasa, motifnya bukan identias melainkan ekonomi atau perebutan sumber daya seperti perebutan lahan.
"Kalau remaja berbeda, ini adalah faktor yang berbasis identitas. Oleh karena itu hal-hal yang memicu kekerasannya itu, bisa hal-hal yang sangat sepele," kata Devie saat dihubungi di Jakarta seperti dilansir dari Antara.
Kalau remaja berbeda, ini adalah faktor yang berbasis identitas.
Usia remaja kata Devie, merupakan usia pencarian identitas. Tapi, di Indonesia justru kurang mendapat perhatian dari orang tua maupun sekolah. Mereka yang seharusnya dapat mengeksplorasi diri untuk mencari identitas, malah tidak punya ruang untuk mengekspresikannya.
"Kalau di luar negeri, sekolah sangat fokus membuat banyak ekstrakurikuler sedangkan di Indonesia yang diperhatikan hanya anak-anak berprestasi. Anak yang biasa saja justru tidak diperhatikan," ucapnya.
Dengan demikian, menurutnya remaja yang terlibat tawuran Manggarai hanyalah korban. Sebab, sistem yang semestinya mendukung remaja untuk mencari identitas, tidak berpihak pada mereka. []