Penyair Sapardi Djoko Damono Ulang Tahun ke-80

Sastrawan dan penyair senior Sapardi Djoko Damono menapaki usia ke-80 tahun, tepat pada hari ini, Jumat, 20 Maret 2020.
Penyair Sapardi Djoko Damono. (Foto: twitter.com)

Jakarta - Sastrawan Sapardi Djoko Damono menapaki usia ke-80 tahun, tepat pada hari ini, Jumat, 20 Maret 2020. Ia merupakan penyair terkenal yang juga aktif sebagai dosen, pengamat, kritikus, dan pakar kancah sastra nasional.

Sapardi Djoko Damono lahir 20 Maret 1940 di  Ngadijayan, Solo, Jawa Tengah. Dia lahir dari pasangan Sadyoko dan Saparian. Sapardi kecil menempuh pendidikan di SR (sekolah rakyat) Kraton Kasatriyan, Baluwarti, Solo, lalu melanjutkan ke jenjang berikutnya di SMP Negeri II Solo.

Setelah itu dia masuk SMA dan duduk di bangku kuliah Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan mengambil jurusan Sastra Inggris. Selain itu, dia juga pernah memperdalam ilmu humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada tahun 1970-1971.

Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih, yang juga berasal dari Jawa. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua orang anak, Rasti Sunyandani dan Rizki Henriko.

Tahun 1989 Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur. Pada tahun 1995 ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. 

Sapardi bekerja sebagai dosen tetap, kemudian menjabat Ketua Jurusan Bahasa Inggris, di IKIP Malang cabang Madiun, pada tahun 1964-1968. Dia lalu diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, pada tahun 1968-1973.

Sejak tahun 1974, Sapardi bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia. Di sana, ia menjabat Pembantu Dekan III, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia tahun 1979-1982, lalu diangkat sebagai Pembantu Dekan I pada 1982-1996 dan akhirnya menjabat Dekan pada 1996-1999 di fakultas dan universitas yang sama.

Penyair Sapardi Djoko DamonoPenyair Sapardi Djoko Damono bersama sahabatnya Jeihan yang telah meninggal pada 2019. (Foto: Intagram/@damonosapardi)

Sapardi memasuki masa pensiun sebagai guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia tahun 2005, tetapi masih diberi tugas sebagai promotor konsultan dan penguji di beberapa perguruan tinggi, termasuk menjadi konsultan Badan Bahasa.

Di samping bekerja sebagai dosen di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Sapardi pernah menjabat:

  • Direktur Pelaksana "Yayasan Indonesia" Jakarta (1973—1980)
  • redaksi majalah sastra Horison (tahun 1973)
  • Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (sejak 1975)
  • anggota Dewan Kesenian Jakarta (1977—1979)
  • anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta (sejak 1983)
  • anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka, Jakarta (sejak 1987)
  • Sekretaris Yayasan Lontar, Jakarta (sejak 1987)
  • Ketua Pelaksana Pekan Apresiasi Sastra 1988 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta (1988).

Tahun 1986 di Wisma Arga Mulya, Tugu, Bogor, di depan peserta Penataran Sastra Tahap I dan Tahap II Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dia mengemukakan argumen untuk mendirikan organisasi profesi kesastraan di Indonesia. 

Dua tahun kemudian, yaitu tahun 1988, berhasil diumumkan nama organisasi yang didirikannya, yaitu Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI).

Dia terpilih sebagai Ketua Umum Hiski Pusat selama tiga periode berturut-turut. Selain itu, Sapardi juga tercatat sebagai anggota Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI), dan sebagai anggota Koninklijk Instituut vor Taal Land-en Volkenkunde (KITLV).

Dalam usaha mendukung pengembangan kariernya sebagai sastrawan, Sapardi sering menghadiri berbagai pertemuan internasional

Tahun 1971 ia menghadiri Translation Workshop dan Poetry International, Rotterdam, Belanda. Pada tahun 1978 dia kembali menghadiri Seminar on Literature and Social Change in Asia di Australia National University, Canberra, dan sebagai penulis dalam Festival Seni di Adelaide.

Pada tahun yang sama ia mengikuti Bienale International de Poesie di Knokke-Heusit, Belgia. Sejak tahun 1978 Sapardi menjabat Country Editor majalah Tenggara Journal of Southeast Asian Literature, Kuala Lumpur.

Pada tahun 1982, dia tercatat sebagai anggota penyusun Anthropology of Asean Literature, COCI, ASEAN. Tahun 1988 Sapardi menjadi panelis dalam Discussion dan sebagai anggota Komite Pendiri Asean Poetry Centre di Bharat Bhavan, Bhopal, India

Peranan Sapardi Djoko Damono dalam kehidupan sastra Indonesia sangat penting. A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960, dan menyebut ada perkembangan yang jelas terlihat dalam puisi Sapardi, terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya.

Oleh sebab itu, jejak Sapardi selalu diikuti para pecinta sastra dari waktu ke waktu. Dia seorang penyair yang orisinil dan kreatif, dengan percobaan-percobaan pembaharuannya yang mengejutkan, tetapi dalam segala kerendahan hatinya, boleh jadi menjadi petunjuk tentang perkembangan-perkembangan mendatang. 

Puisi Sapardi dikagumi Abdul Hadi W.M. dengan alasan bahwa puisi Sapardi banyak kesamaan dengan yang ada dalam persajakan Barat sejak akhir abad ke-19 yang disebut simbolisme.

Menurut dia, untuk bisa memahami karya-karya Sapardi dengan sebaik-baiknya, kita harus ingat bahwa ia dengan sengaja memilih tetap berada dalam hubungan dengan konvensi-konvensi persajakan.

Pamusuk Eneste dalam bukunya Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988) memasukkan Sapardi Djoko Damono ke dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an. 

Sapardi mengumpulkan sajaknya dalam buku yang berjudul:

  • Duka-Mu Abadi (1969)
  • Mata Pisau (1974)
  • Akuarium (1974)
  • Perahu Kertas (1983)
  • Sihir Hujan (1984)
  • Hujan Bulan Juni (1994)
  • Arloji (1998)
  • Ayat-Ayat Api (2000)
  • Mata Jendela (2000)
  • Ada Berita Apa Hari Ini
  • Pengarang Telah Mati (2001)
  • Den Sastro (2003)
  • Kolam (2009) 

Sebagai pakar sastra, Sapardi menulis beberapa buku yang sangat penting, seperti:

  • Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978)
  • Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979)
  • Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999)
  • Novel Jawa Tahun 1950
  • Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996)
  • Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999)
  •  Sihir Rendra: Permainan Makna (1999)
  • Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal

Penyair Sapardi Djoko DamonoPenyair Sapardi Djoko Damono. (Foto: twitter.com)

Sapardi juga tercatat menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Hasil terjemahan tersebut antara lain:

  • Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Hemingway)
  • Daisy Manis (Daisy Milles, Henry James)
  • Puisi Brasilia Modern
  • George Siferis
  • Sepilihan Sajak
  • Puisi Cina Klasik
  • Puisi Klasik
  • Shakuntala
  • Dimensi Mistik dalam Islam karya Annemarie Schimmel
  • Afrika yang Resah (Song of Lowino dan Song of Ocol oleh Okot p'Bitek)
  • Duka Cita bagi Elektra (Mourning Becomes Electra oleh Eugene O'Neill)
  • Amarah I dan II (The Grapes of Wrath, John Steinbeck)

Beberapa penghargaan dan hadiah sastra diterima Sapardi Djoko Damono atas prestasinya dalam menulis puisi, antara lain:

  • 1963 Hadiah Majalah Basis atas puisinya "Ballada Matinya Seorang Pemberontak"
  • 1978 penghargaan Cultural Award dari Pemerintah Australia
  • 1983 hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II untuk bukunya Sihir Hujan dari Malaysia
  • 1984 hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya yang berjudul Perahu Kertas
  • 1985 Mataram Award
  • 1986 hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand.
  • 1990 Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 
  • 1996 Kalyana Kretya dari Menristek RI
  • 2003 penghargaan The Achmad Bakrie Award for Literature
  • 2004 Khatulistiwa Award
  • 2012 penghargaan dari Akademi Jakarta. []


Berita terkait
Profil Aktor Senior Idris Elba, Positif Corona
Aktor senior, Idris Elba menjadi artis ke sekian yang terinveksi virus asal Wuhan, China.
Kumpulan Puisi Fenomenal Sapardi Djoko Damono
Berikut Tagar rangkumkan sepuluh puisi fenomenal dari Sapardi Djoko Damono.
Mengenang Ade Irawan dan Puisinya untuk Ahok
Pada hari meninggalnya Ade Irawan, Jumat, 17 Januari 2020, viral puisi yang ia pernah buat untuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.