Mental Survive Dalam Tiga Kali Krisis
Saya mulai berkarir di dunia perbankan tahun 1996 hingga 2001, pada saat itu saya masih muda dan baru pertama kali dalam memulai karir. Sehingga, tidak mengerti apa yang terjadi akibat dari krisis moneter.
Selanjutnya, saya malang melintang di dunia media, pendidikan dan konsultan antara 2001 hingga 2006, Pada akhirnya memutuskan untuk ke dunia pasar modal pada tahun 2006 hingga saat ini.
Krisis kembali terjadi pada 2008, saya tahu betul apa yang menyebabkan krisis terjadi, yaitu sub-prime mortgage di Amerika. Namun lucunya, meskipun saya bekerja di bidang pasar modal, tempat dimana bull and bear saling bertempur, tentunya hal ini adalah kesempatan emas bagi semua investor dunia untuk mengambil keuntungan termasuk saya. Entah mengapa secara personal tidak mengambil peluang dari krisis tersebut.
Sampai saat ini tahun 2022, kita semua baru saja melalui sebuah krisis unik yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Jika dilihat dari kacamata ekonomi makro, setiap krisis tentunya ada peluang. Kebijakan moneter longgar yang diambil oleh bank sentral global membuat likuiditas di market berlimpah dan industri pasar modal khususnya saham menjadi tambang emas bagi para investor dan trader meraup untung. Istilah kerennya “beli saham apa aja berpotensi jadi emas.”
Berikut ringkasan dari apa yang saya alami selama menghadapi tiga kali krisis; tiga kali alami apa yang disebut para pakar sebagai boom and bust.
Banyak pelajaran yang saya lalui, pengalaman itulah yang membuat saya tergerak untuk membentuk sebuah komunitas saham untuk berbagi cerita dan pengalaman hidup.
Tujuannya agar para investor muda dapat mengambil hal baik dan menghindari hal jelek, Bahasa pasarnya “Cuannya ambil, rugi nya jangan”.
Disisi lain, terdapat bahaya yang mengintai. Saya selalu memperhatikan zaman sekarang terutama satu sampai dua tahun belakangan ini banyak muncul trader baru dari kalangan Milenial dan Gen Z yang sukses meraup keuntungan.
Namun, itukan cerita indahnya saja, disisi lain banyak sekali investor dan trader saham yang terpuruk akibat ombak bear market. Banyak pertanyaan dibenak pikiran antara lain:
●Sedang apa mereka sekarang?
●Apakah mereka baik-baik saja?
●Bagaimana kondisinya keuangannya?
●Bagaimana mereka berdamai dengan bear market?
●Apakah mereka tahu bagaimana tetap survive saat kondisi bear market dan mampu meraup keuntungan?
Oleh sebab, itu saya dan sejumlah rekan tergerak untuk membentuk Komunitas Rencana Cuan untuk membagikan pengalaman melewati tiga kali boom and bust. Inilah yang menjadi filosofi dari Rencana Cuan, market itu bisa naik bisa turun. Saat likuiditas melimpah, anak kecil aja disuruh pilih saham pasti untung.
Pertanyaannya apakah masih gampang melakukan jual beli saham saat likuiditas mulai ketat?
Ketahui lebih lanjut bahwa pada Tahun 2022 ke depan, tampaknya bank sentral global akan mulai memberlakukan pengetatan moneter untuk menekan inflasi. Dampak nya tentu akan berpengaruh ke industri pasar modal. Investor atau trader akan mulai selektif memilih saham yang murah dan memiliki fundamental bagus.
Era beli apa aja pasti naik tampaknya akan berakhir. Di sini lah kami dari Rencana Cuan hendak berbagi pengalaman bagaimana mengarungi boom and bust secara aman. Trading langgeng dengan trader yang memiliki visi misi yang sama.
Era beli apa aja pasti naik tampaknya akan berakhir. Di sini lah kami dari Rencana Cuan hendak berbagi pengalaman bagaimana mengarungi boom and bust secara aman. Trading langgeng sambil belajar di instagram rencana cuan agar memiliki visi misi yang sama.
Baca Juga:
- Lagi-lagi Pasar Saham AS Anjlok yang Terburuk Sejak Juni 2020
- Kasikornbank Thailand Beli Saham Mayoritas Bank Maspion