Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak membenturkan pengkritik reklamasi Ancol dengan isu agama.
Ferdinand menilai langkah Anies Baswedan mendirikan masjid apung dan museum sejarah nabi di lokasi tersebut seakan ingin membawa isu agama untuk menghalau para penolak reklamasi Ancol.
Jangan adu domba antara agama dengan kelompok penolak reklamasi dengan menyampaikan alasan bahwa reklamasi itu untuk membangun museum islami
"Anies juga sebaiknya jangan membenturkan agama dengan pengkritik reklamasi. Jangan adu domba antara agama dengan kelompok penolak reklamasi dengan menyampaikan alasan bahwa reklamasi itu untuk membangun museum islami," kata Ferdinand saat dihubungi Tagar, Senin, 13 Juli 2020.
Politisi Partai Demokrat ini mencurigai ada permainan atas proyek perluasan kawasan Taman Impian Jaya Ancol dan Dunia Fantasi (Dufan) seluas 155 hektare (ha) itu.
"Ya kalau melihat pengembangnya, sangat patut diduga ini ada permainan di baliknya. Kalau murni tidak ada permainan mengapa tidak menggunakan pengembang lokal? Atau kenapa tidak menggunakan reklamasi yang sudah ada? Jadi ini memang patut diduga ada sesuatu di balik sesuatu," ujarnya.
Dia menyarankan sebaiknya Anies kembali pada komitmen awal saat mengucap janji menolak reklamasi ketika berhadapan dengan petahana Ahok-Djarot pada kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
"Saya secara pribadi menuntut agar Anies membatalkan rencana tersebut dan kembali ke jati dirinya, yaitu menolak reklamasi. Jangan jadi orang munafik begitulah," kata dia.
Ferdinand berpendapat, pelaksanaan proyek reklamasi Ancol ini dijalankan atas kepentingan pribadi Anies Baswedan, dengan dalih pro rakyat dan menuntaskan persoalan banjir di ibu kota. Dia mengkritisi kebijakan pembangunan itu sama sekali tidak berpihak kepada masyarakat DKI Jakarta.
"Itulah letak tipu-tipu logikanya untuk menutupi sesuatu yang tersembunyi di balik izin reklamasi itu. Sekarang pertanyaannya, apa yang tersembunyi di balik izin reklamasi itu? Saya pikir tak perlu dijelaskan ini semua soal kepentingan. Dan jeleknya ini adalah kepentingan pribadi Anies, bukan kepentingan Jakarta atau kepentingan warga," ucapnya.
Menurutnya, dengan adanya perluasan daratan di kawasan Ancol, Jakarta Utara, tidak akan mampu mengurangi dampak banjir di ibu kota.
"Menurut saya, omong kosong kalau reklamasi ini akan mengurangi banjir. Pendapat itu tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi sebaiknya Anies jangan mengarang alasan demi hasratnya," ujar Ferdinand Hutahaean.
Sementara, menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah, wacana pembangunan museum nabi dan masjid apung merupakan upaya dari Anies Baswedan dalam merayu warga Jakarta agar menyetujui reklamasi.
"Jadi, ini kayaknya hanya sebagai rayuan gombal supaya masyarakat setuju (Reklamasi) itu," kata Trubus.
Menurut Trubus, reklamasi di kawasan Ancol sebagai bentuk keberpihakan Gubernur Anies kepada pengusaha. Dia mengatakan wajar kalau banyak pihak, termasuk pendukung Anies menolak kebijakan tersebut. Terlebih, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu pernah berjanji akan menyetop reklamasi di Jakarta.
"Ini seperti meninabobokkan masyarakat bahwa itu nanti akan dibangun simbol keagamaan (museum Nabi Muhammad) supaya masyarakat mendukung reklamasi ini. Ini keberpihakan (Anies Baswedan) kepada pengusaha," ucapnya menambahkan.
Baca juga: Tipu-tipu Logika Anies Baswedan Soal Reklamasi Ancol
Baca juga: Reklamasi, Anies Baswedan Merasa Tidak Ingkar Janji
Sebelumnya, Anies Baswedan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta tentang izin pelaksanaan perluasan kawasan rekreasi Dunia Fantasi seluas 35 hektar dan perluasan kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol Timur seluas 120 hektar, tertanggal 24 Februari 2020. Di kawasan ini nantinya akan berdiri masjid apung dan museum sejarah nabi yang Anies klaim sebagai museum terbesar kedua setelah di Arab Saudi. []