Yogyakarta - Terekam CCTV pada Selasa, 5 Januari 2021 malam terlihat Gunung Merapi melelehkan lava pijar. Penampakan lelehan lava pijar ini adalah pertanda jelas erupsi magmatis 2021 sudah mulai terjadi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida membenarkan lelehan lava pijak mulai terlihat di Gunung Merapi. "Benar Gunung Merapi tadi malam, sekitar pukul 18.39 WIB terlihat muncul lava pijar. Dan sejauh ini bersifat efusif," katanya, tadi malam.
Baca Juga:
Cukup mengesankan bahwa lubang erupsi 2021 justru terjadi di sisi luar dinding barat kawah aktif. Bukan di dalam kawah sebagaimana halnya erupsi magmatis 2018 2020 Ialu. Dengan demikian Merapi kembali ke 'wilayah tradisionaI'-nya yang ditinggalkan sejak 2006, yakni ke sektor barat barat daya.
Hanik mengungkapkan, sSejauh ini BPPTKG menetapkan Gunung Merapi masih dalam status Siaga (Level III). "Belum ditingkatkan. Radius zona terlarang adalah 5 km dari kawah aktif ke arah barat-barat daya-selatan-tenggara," ungkapnya.
Sebelumnya, video dari CCTV mode night view di Gunung Merapi menampilkan pendaran sinar yang diduga adalah lava pijar. Perwujudan dari peningkatan aktivitas ini terlihat pada Senin, 4 Januari 2021 sekitar pukul 19.52 WIB. Telah terjadi guguran yang terpantau dari kamera CCTV di sisi barat daya Gunung Merapi dan kamera thermal di stasiun Panguk.
Benar Gunung Merapi tadi malam, sekitar pukul 18.39 WIB terlihat muncul lava pijar. Dan sejauh ini bersifat efusif.
Berdasarkan hasil pengamatan BPPTKG sebelumnya, bahwa lava pijar telah muncul di dasar Lava sejak 1997. Sinar rona sebelumnya pernah teramati pada tanggal 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB.
Hanik mengatakan, hasil pengamatan ini didukung dengan foto DSLR dan foto dari Pos Kaliurang, Sleman. Keduanya menunjukkan adanya rona merah di lokasi yang sama di Gunung yang sedang berstatus siaga (Level III) sejak 5 November 2020 lalu.
Di waktu yang sama 4, Januari 2021 pukul 19.50 WIB, terjadi guguran material Gunung Merapi yang tercatat di seismograf dengan amplitudo 33 milimeter dan durasi 60 detik. Petugas dan warga yang berjaga di sekitar Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan mendengar adanya suara runtuhan itu. "Guguran terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan," ucap dia.
Baca Juga:
Hanik mengapresiasi bantuan dari para pihak yang telah berbagi informasi terkait aktivitas Gunung Merapi. Sejak 5 November 2020 hingga saat ini, Hanik menyebut aktivitas vulkanik terpantau masih tinggi. Peningkatan aktivitas terpantau dari data kegempaan dan deformasi sejak tanggal 22 Desember 2020.
Untuk meminimalisir dampak dari bencana alam ini, BPPTKG tak henti-henti mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan Gunung Merapi. Sementara waktu, masyarakat yang terdampak diharapkan dapat mengikuti arahan dari BPBD (Balau Penanggulangan Bencana Daerah) dan pemerintah daerah Sleman, melalui kanal resmi BPPTKG. []