Yogyakarta - Gunung Merapi naik level dari Waspada (level II) ke Siaga (level III) sejak 5 November 2020. Jika dalam waktu dekat gunung yang berada di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah ini meletus, kemungkinan erupsi tidak sebesar seperti yang terjadi pada 2010.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan bahwa Gunung Merapi diperkirakan akan mengalami erupsi yang bersifat efusif atau lelehan. Letusan ini mirip seperti yang terjadi pada erupsi 2006.
"Letusan efusif yang dapat terjadi sewaktu-waktu itu akan memiliki kesamaan dengan erupsi tahun 2006," kata Hanik dalam diskusi bertajuk Erupsi Merapi, Apa Yang Bisa Kita Lakukan melalui media daring, Minggu, 29 November 2020.
Baca Juga:
Menurut Hanik, prediksi letusan bersifat efusif itu didapatkan berdasarkan sejumlah fakta temuan secara periodik. Sampai sejauh ini tidak terpantau adanya indeks kegempaan vulkanik dalam.
Pola kegempaan juga mirip 2006. Gas-gas terilis lebih dulu.
Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun dari pengamatan, gas yang dapat mempengaruhi pola erupsi telah terlepas secara berangsur-angsur dan pola kegempaan memiliki kesaman dengan pra erupsi pada tahun 2006. "Karena terjadinya kegempaan vulkanik dalam itu tidak ada (tidak terpantau alat)," jelas Hanik.
Baca Juga:
Menurut Hanik, sejauh ini juga tidak ada tekanan berlebih dari dapur magma. "Pola kegempaan juga mirip 2006. Gas-gas terilis lebih dulu," imbuhnya.
Hanik mengungkapkan, pada kondisi tersebut lantas tidak menutup kemungkinan akan terjadi erupsi yang bersifat eksplosif. Hanya saja, pihaknya memperkirakan bahwa apabila memang terjadi letusan eksplosif, maka tidak akan sebesar erupsi pada tahun 2010. "Kalau eksplosif itu tidak sebesar tahun 2010," kata Hanik. []