Magelang - Banyak pelaku usaha di sektor pariwisata di Kabupaten Magelang masih kesulitan dalam menerapkan cleanliness, health, safety and environment (CHSE) sebagai standar protokol kesehatan di era pandemi. Meski demikian, mereka tetap berusaha menerapkan sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan covid-19.
Salah satu pelaku pendukung pariwisata, Yenika Prabandari mengatakan, dia menjadi salah satu yang kesulitan dalam menerapkan CHSE. Salah satunya lantaran pengunjung yang selalu membeludak di restoran yang dikelolanya.
"Protokol kesehatan sulit kami lakukan karena kami tidak bisa mengontrol tamu. Setiap hari pengunjung berjubel dan kerumunan sudah pasti terjadi," kata Yenika saat Bimbingan Teknis CHSE di Magelang, Selasa, 24 November 2020.
Saat ada pandemi Covid-19, pariwisata terdampak paling awal dan pulih paling akhir.
Yenika yang juga pengelola Griya Butuh itu menyebutkan, restoran Griya Butuh selalu penuh pengunjung karena berdekatan dengan destinasi wisata Nepal Van Java di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik. Banyak wisatawan dari luar daerah yang langsung menuju restorannya tanpa reservasi terlebih dahulu.
"Untuk tamu yang memesan terlebih dahulu, bisa diterapkan protokol kesehatan dengan membawa surat sehat. Namun untuk tamu yang langsung datang ke lokasi, susah," sebutnya.
Pemilik Homestay Omah Cilik di Karangrejo Borobudur, Widodo menambahkan, dirinya terpaksa membatasi jumlah tamu demi menerapkan protokol kesehatan. Dari 20 kamar yang tersedia, dirinya membatasi jumlah tamu hanya 50 persen saja dari kapasitas yang ada.
"Saat ini kami tidak hanya memikirkan profit, tetapi memikirkan dampak lingkungan dan keberlangsungan pariwisata agar aman untuk semua," ucapnya.
Baca lainnya:
- Prediksi Kemenparekraf Tren Wisata Populer di 2021
- Wamendes: Kawasan Wisata Perlu Diperkaya Kuliner & Souvenir
- Tujuan Populer Destinasi Wisata Religi Umat Kristen
Sementara itu, Kasi Destinasi di Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olaraga Kabupaten Magelang, M. Hariyadi menuturkan di masa pandemi, pengusaha sektor pariwisata memang harus mengeluarkan cost lebih besar untuk protokol kesehatan.
"Saat ada pandemi Covid-19, pariwisata terdampak paling awal dan pulih paling akhir," katanya.
Hariyadi pun memberikan beberapa saran kepada para pengelola pendukung pariwisata untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Misalnya, untuk pengecekan suhu, dia menyarankan pengusaha membeli alat otomatis sehingga tak perlu menempatkan petugas.
"Untuk mencegah kerumunan, bisa diingatkan melalui pengeras suara setengah jam sekali atau saat ada kerumunan. Selain itu, juga sediakan masker," imbuh dia. []