Pengamat: Upaya Mendongkrak Nama Hanum yang Lagi Nyaleg

Memobilisasi massa untuk nonton film 'Hanum & Rangga', pengamat menyebut itu usaha Amien Rais dan PAN membuat Hanum terkenal.
Hanum Salsabiela Rais. (Foto: Instagram/Hanum Salsabiela Rais)

Jakarta, (Tagar 12/11/2018) - Pengamat Film Yan Wijaya mengamati perkembangan film Hanum & Rangga dan A Man Called Ahok sejak kedua film ini tayang di bioskop pada hari yang sama, Kamis 8 November 2018. Ia melihat selama lima hari tayang, film A Man Called Ahok mendapat sambutan lebih antusias dari penonton. 

Yan menyebut, penonton A Man Called Ahok jumlahnya dua kali lipat dari penonton Hanum & Rangga.

"Film A Man Called Ahok lebih bagus dan bermanfaat. Banyak yang bisa diambil dari situ," kata Yan Wijaya saat dihubungi Tagar News, Senin (12/11)

Baca juga: Film 'Hanum & Rangga' Jadi Kebanggaan PAN, PDI Perjuangan Justru Prihatin

Sedangkan Hanum & Rangga, "Filmnya cukup baik kok, tapi banyak penonton belum apa-apa sudah antipati dengan sikap Hanum terhadap kasus hoaks Ratna Sarumpaet," lanjutnya.

Ia mengatakan, tidak ada yang salah dengan jalan cerita yang mengangkat perjalanan hidup putri Amien Rais. Namun, lanjutnya, citra negatif terhadap Hanum Rais membuat banyak orang malas duluan.

Film Hanum & Rangga dibuat jauh hari sebelum kasus Ratna Sarumpaet terjadi, dibuat sejak tahun lalu. Versi novelnya, Faith and The City termasuk laris. 

Film Hanum dan RanggaPoster film 'Hanum & Rangga' vs 'A Man Called Ahok'. (Foto: Instagram/Hanum Rais/Official A Man Called Ahok)

Penonton Tidak Bisa Dipengaruhi

Partai Amanat Nasional (PAN) mengeluarkan surat edaran ditujukan pada kader dan simpatisan, termasuk pada Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta agar menonton film Hanum & Rangga. Surat edaran juga mengajak mahasiswa dan staf UMS untuk menonton film tersebut.

Yan Wijaya mengatakan, langkah yang dilakukan PAN tersebut tidak bisa disalahkan asalkan tidak melanggar hukum. 

"Segala macam usaha dilakukan asal halal dan benar tidak melanggar hukum untuk membuat suatu film laku dan laris," kata Yan.

Namun, lanjut Yan, "Buktinya penonton tidak bisa dipengaruhi. Penonton A Man Called Ahok itu banyak ibu-ibu berjilbab. Kenyataannya pada prediksi saya film Hanum & Rangga ditonton oleh 200 ribu orang seluruh Indonesia. Sementara A Man Called Ahok ditonton 500 ribu," ujarnya.

Yan menambahkan, film A Man Called Ahok tidak ada arus politiknya. "Film ini bercerita tentang hubungan ayah dan anak, bagaimana seorang ayah mendidik anak menjadi jujur, anti korupsi dan dermawan. Dan kelebihan lain film A Man Called Ahok ini untuk semua umur. Sedangkan film Hanum & Rangga, anak-anak nggak boleh nonton."

Berkaitan Pencalonan Hanum Sebagai Anggota Legislatif

Sementara itu, Pengamat Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai langkah PAN memobilisasi kader politiknya menonton film Hanum & Rangga untuk mengimbangi popularitas film A Man Called Ahok

Wasisto menyebut, langkah PAN itu sangat berlebihan.

"Itu bagian dari counter atau semacam perlawanan balik atas semakin antusiasnya masyarakat melihat A Man Called Ahok. Untuk mengimbangi popularitas film itu," ujar Wasisto pada Tagar News, Senin (12/11).

Wasisto menjelaskan, pesan politik yang disampaikan PAN dalam film tersebut adalah berusaha mengkonstruksi kembali Islam modernis.

"Apakah PAN sengaja melakukan cuci otak atau mendoktrinasi kadernya dan masyarakat melalui film itu? Ingin menunjukkan bahwa (mereka) bukan Islam dengan stigma konservatif," ucap Wasisto.

Dalam film yang mengangkat perjalanan Hanum Rais ini, kata dia, sosok Amien Rais memegang peran dalam mempopulerkan film tersebut. Itu tujuannya juga untuk membuat sosok Hanum terkenal karena ini berkaitan dengan pencalonan Hanum sebagai anggota legislatif.

"Film Hanum & Rangga ini untuk mendongkrak Hanum Rais menjadi terkenal. Melalui film itu Pak Amien Rais dan PAN berusaha si Hanum ini biar terkenal. Makanya dicitrakan sebagai sosok Islam yang modernis yaitu Islam yang bisa hidup dengan suasana modern sekarang. Pengen menangkap apresiasi anak muda lah kalau dalam bayangan saya begitu," ungkapnya.

Menyoroti surat Hanum yang ditujukan kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang viral di media sosial terkait mengajak mahasiswa, ia menyesali cara tersebut. 

"Hanum kan kader PAN juga, dia kan nyaleg. Cara seperti itu politik praktis dengan memanfaatkan jaringan Muhammadiyah sih sebenarnya. Harusnya kan kampus netral dari politik. Ini kan dipolitisasi dengan cara-cara seperti ini," ungkapnya.

Dengan adanya film Hanum & Rangga, lanjut dia, PAN ingin membersihkan nama Hanum Rais yang tersangkut kasus penyebaran hoaks Ratna Sarumpaet. 

"Film itu sebagai alat cuci tangan PAN untuk membersihkan indikasi hoaksnya si Hanum kemarin itu. Dan juga melakukan dalam tanda kutip counter, perlawanan terhadap film A Man Called Ahok," tuturnya. []

Berita terkait
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan