Mataram - Pengamat Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, tak memungkiri rencana pemberian bantuan sosial sebesar Rp 600 ribu untuk pekerja yang mendapatkan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan bisa berpengaruh pada peningkatan daya beli. Namun, hal tersebut sangat tergantung pada penerima dana bantuan.
"Jadi memang akan berpengaruh ke peningkatan daya beli, tapi akan sangat variatif tergantung penerimanya," kata Yusuf kepada Tagar, Sabtu, 8 Agustus 2020.
Baca Juga: Asyik, Subsidi Gaji di Bawah Rp 5 Juta Cair Kuartal 3
Apabila bantuan insentif diberikan kepada pekerja yang belum berkeluarga atau lajang, maka jumlah tersebut akan relatif lebih besar dibanding dengan pekerja yang sudah berkeluarga.
Terkait hal tersebut, ekonom lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta itu kembali menilik mekanisme pemberian bantuan, yang berdasarkan informasi dipilih melalui kelompok BPJS Ketenagakerjaan. Dari sana, pemerintah akan menentukan siapa saja pekerja yang berhak menerima bantuan Rp 600 ribu berupa cash transfer yang akan langsung dikirim ke rekening penerima.
"Saya kira, kita perlu melihat terlebih dahulu akan lebih banyak nanti BLT ini mengalir ke mana, apakah ke single atau yang sudah berkeluarga," ucap Yusuf.
Jika pada Q2 ekonomi minus 5%, maka di Q3 kami prediksi ekonomi akan membaik di kisaran minus 2%
Menurutnya, apabila bantuan insentif diberikan kepada pekerja yang belum berkeluarga atau lajang, maka jumlah tersebut akan relatif lebih besar dibanding dengan pekerja yang sudah berkeluarga. "Adapun untuk kesejahteraan, saya kira angka Rp 1,2 juta/bulan masih jauh dari kata sejahtera. Sementara untuk dorongan ke ekonomi, memang dengan beragam bantuan ini, potensi membaiknya konsumsi didorong kelompok menengah ke bawah," ujar Yusuf.
Namun, Yusuf menegaskan, daya konsumsi tidak hanya didorong oleh kelompok menengah ke bawah saja, tapi juga kelompok, yang dalam klasifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) disebut sebagai kelompok 20% teratas. "Kelompok ini, proporsinya mencapai 45% terhadap total pengeluaran konsumsi," katanya.
Kelompok 20% teratas tersebut sebagian besar masih menahan aktivitas konsumsinya lantaran tren kasus Covid-19 masih terus meningkat. Prospek ekonomi yang belum stabil menyebabkan kelompok tersebut memilih untuk menabung.
"Atas dasar ini, kami lihat bantuan di atas akan mendorong ekonomi ke arah yang lebih baik. Hanya saja, level perbaikannya masih belum akan mencapai level pertumbuhan positif. Jika pada Q2 ekonomi minus 5%, maka di Q3 kami prediksi ekonomi akan membaik di kisaran minus 2%," tutur Yusuf.
Simak Pula: Ini Syarat Menerima Subsidi Gaji di Bawah Rp 5 Juta
Sementara, dari segi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemberian subsidi gaji akan berpengaruh pada peningkatan belanja. "Hanya saja, tidak akan terlalu signifikan, defisit anggaran masih akan berada dalam kisaran target pemerintah," kata Yusuf. []