Jakarta - Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, bahan bakar minyak (BBM) berkualitas seperti Pertamax justru lebih hemat pada kendaraan keluaran baru dengan kompresi mesin tinggi.
Menurut pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB), sudah saatnya pandangan sebagian masyarakat bahwa bahan bakar minyak dengan RON tinggi lebih mahal dan boros, diluruskan.
"Intinya, semakin tinggi oktan jika dipadu dengan mesin yang kompatibel, yaitu mesin berkompresi tinggi, maka penggunaan BBM dapat lebih hemat serta menghasilkan polusi lebih rendah," kata Yannes dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar, Selasa, 3 Agustus 2021.
Dia menjelaskan, BBM berkualitas sering diidentikkan dengan nilai RON yang tinggi. Dan kualitas BBM yang semakin baik tersebut, menurutnya tidak dapat dilepaskan dengan tingkat teknologi pembakaran di mesin dan besarnya kapasitas mesin.
"Logikanya, semakin sedikit bensin yang dibakar akan semakin sedikit polusi yang dihasilkan. Semakin sempurna pembakaran di mesin, semakin sedikit pula polusi yang dihasilkan," ujarnya.
Sebagai gambaran, lanjutnya, mesin-mesin kendaraan modern yang menggunakan bensin, sekarang ini sudah berada di antara 9:1 sampai 10:1 bahkan beberapa sudah sampai 14:1.
Semakin tinggi kompresi mesin, kata dia, maka campuran bahan bakar dan udara akan semakin padat dan semakin sedikit emisi gas buangnya. "Semakin sempurna pembakaran yang dihasilkan," katanya.
Selain itu, tambah Yannes, pada mesin kendaraan keluaran baru, juga dipasang injektor sebagai pengganti karburator.
“Hal ini untuk menghasilkan pengabutan yang lebih halus dan mampat pada ruang bakar dengan tingkat kestabilan partikel dan densitas yang semakin baik,” ujarnya.
Semakin sempurna pembakaran di mesin, semakin sedikit pula polusi yang dihasilkan.
Namun sebaliknya, menurut Yannes mesin kompresi tinggi yang umumnya digunakan mobil terbaru, ledakan apinya juga tinggi. Jika dipaksakan pakai BBM oktan rendah, ditambah busi tipe panas, maka akan menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Sebab, jelas Yannes, BBM-nya akan terlalu cepat terbakar sebelum terpercik api dari busi.
"Ini akan menimbulkan knocking pada mesin, kemudian jika berkepanjangan akan terjadi penumpukan kerak di ruang bakar mesin. Akibatnya kendaraan menjadi tidak bertenaga, boros BBM, dan overheating. Ujung-ujungnya mesin akan semakin cepat rusak," katanya. []
Baca Juga: Erupsi Merapi, Pertamina Siagakan Fasilitas BBM LPG