Pengamat: Kinerja Bank Sistemik Tetap Terdampak Pandemi

Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali menilai kinerja perbankan tetap terdampak meski tak gagal akibat pandemi Covid-19.
Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali, menilai rencana penggabungan usaha atau merger tiga bank syariah pelat merah oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan langkah yang tepat. (Foto: Tagar/YouTube/Siswa Rizali).

Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali menanggapi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang meyakini tidak ada bank sistemik yang gagal akibat pandemi Covid-19. Ia menilai, meski tak ada yang gagal, kinerja sektor perbankan tetap merasakan dampak pandemi Covid-19.

"Kinerja pasti kena dampak, karena banyak kredit macet. Maka laba akan turun drastis, pencadangan untuk kredit bermasalah meningkat," kata Siswa saat dihubungi Tagar, Rabu, 25 November 2020.

Karena semua bank tidak agresif menyalurkan kredit, bahkan stagnan, maka kelebihan dana di bank besar ini menyebabkan suku bunga rendah, tapi kredit tetap tidak tumbuh.

Baca juga: Apa Itu Bank Sistemik , LPS Sebut Tak Signifikan Terimbas Pandemi

Siswa menjelaskan, dalam kondisi ekonomi yang tengah lesu, penabung dengan rasa khawatirnya cenderung memindahkan dananya dari bank-bank kecil ke bank-bank besar. Terlebih bank BUMN yang dipersepsikan dijamin permodalannya oleh pemerintah.

"Ini menjelaskan mengapa bank-bank besar (Buku IV) terus menerima dana deposan baru, sementara bank-bank skala kecil (Buku I dan II) berkurang dana giro/tabungan/depositnya. Pada saat bersamaan, bank-bank BUMN juga mengelola dana PEN. Karena semua bank tidak agresif menyalurkan kredit, bahkan stagnan, maka kelebihan dana di bank besar ini menyebabkan suku bunga rendah, tapi kredit tetap tidak tumbuh," ucapnya.

Baca juga: Bank Sistemik Dinilai Aman dari Pandemi, Ini Indikatornya

Dengan demikian, kata dia, adanya kebijakan restrukturisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan waktu yang cukup bagi perbankan melakukan penyesuaian dan perbaikan. Sehingga diharapkan ketika ekonomi membaik, beban penghapusan kredit bermasalah bisa ditutupi dar penghasilan kegiatan bisnis baru.

"Yang menarik adalah munculnya Bank BCA sebagai bank yang siap menghadapi gejolak bisnis kali ini. Tetap terpukul, namun BCA semakin memperoleh banyak dana murah (karena diyakini paling sehat) dan bisa menolak dana PEN. paling dananya disimpan ke Surat Berharga Negara untuk mendapatkan spread dengan aman meski rendah marjinnya," ujar Siswa.

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meyakini tidak ada bank sistemik yang gagal akibat pandemi Covid-19. Bahkan, kondisi perbankan dinilai masih kuat dan likuiditas memadai. []

Berita terkait
Nilai Positif dan Negatif Restrukturisasi Kredit Perbankan
Restrukturisasi kredit terhadap debitur dinilai memiliki nilai positif baik bagi perbankan maupun UMKM.
Restrukturisasi Bank, Potensi Tingkatkan Kredit Bermasalah
Restrukturisasi terhadap debitur yang terkena dampak pandemi Covid-19 dinilai bisa meningkatkan kredit bermasalah (non performing loan- NPL).
Taswin Zakaria, Dirut Maybank dan Masalah Raibnya Uang Winda
Nama Bank Maybank Indonesia ramai menjadi perbincangan publik setelah mencuatnya kasus hilangny uang tabungan Winda lunardi senilai Rp 22 miliar.