Jakarta - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, ada kekosongan sistem atau cara berdemokrasi, khususnya terkait dengan ideologi keislaman, yang diisi oleh ketokohan Rizieq Shihab. Banyak pihak menyayangkan pernyataan JK, termasuk mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang menilai, JK seolah-olah membela Rizieq.
Menurut Ferdinand, apa yang diucapkan JK justru jadi dukungan dan semangat bagi Rizieq untuk terus berlaku seperti dulu, bahkan arogan dan tidak mematuhi aturan hukum yang ada terkait penanggulangan Covid-19.
Itu hal wajar kalau memang benar, kalau seorang tokoh atau politikus pasti pernah membela atau menyatakan dukungannya
Menanggapi itu, Pengamat Militer dan Keamanan Khairul Fahmi menganggap bahwa hal itu adalah yang wajar jika memang JK membela seorang Rizieq maka tidak ada yang salah dalam pembelaan itu.
“Itu hal wajar kalau memang benar, kalau seorang tokoh atau politikus pasti pernah membela atau menyatakan dukungannya. Saya rasa itu wajar,” katanya ketika diwawancarai di Tagar Tv pada Selasa, 24 November 2020.
Menurutnya ada beberapa pihak yang menilai jika tanggapan mantan Wakil Presiden itu untuk manuver jangka panjang JK untuk mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024, lalu ada juga yang mengganggap jika beperan penting dalam kemengan Anies di Pemilihan Gubernur Jakarta ketika melawan Ahok atau BTP dan kemenangan ini akan dilanjutkan di Pilpres 2024.
“Pandangan saya pribadi, penilaian itu belum jelas semua. Bahkan di Pemilihan Gubernur ketika Anies melawan BTP, lalu Anies menang, itu didorong oleh banyak partai atau gerakan lainnya yang membantu Anies,” ucpanya.
Lalu ketika ditanya soal JK itu satu kelompok dengan HRS atau beda kelompok? Fahmi menjawab bahwa seharusnya seseorang tidak bisa mengelompokan tokoh politisi hanya dari satu dua statement.
“Jadi tidak bisa seperti itu, karena itu adalah sesuatu yang tidak baik dan jangan sesederhana itu. Kalau menurut say itu belum tentu bahwa JK adalah kelompok Rizieq,” ucapnya. []
Baca juga: