Pengakuan Warga Jabar yang Tinggal 32 Tahun di Wamena

Ia mengaku sangat betah tinggal di sana, karena masyarakatnya sangat ramah, dan menyambut baik warga Jabar.
M Iriyanto Pawika (tengah) warga Jawa Barat yang juga sebagai Ketua Penguyuba Sunda Ngumbara di Papua. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Bandung - Sudah 32 tahun M Iriyanto Pawika asal Kota Cimahi tinggal di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Ia mengaku sangat betah tinggal di sana, karena masyarakatnya sangat ramah, dan menyambut baik warga Jabar.

"Masyarakat Jabar mencintai Wamena (kota dan masyarakatnya), karena mereka sangat ramah kepada kita. Kita sudah seperti keluarga dengan masyarakat Wamena," tuturnya usai acara penerimaan warga Jabar dari Wamena, di Gedung Sate, Rabu 9 Oktober 2019 malam.

M Iriyanto Pawika yang juga Ketua Penguyuba Sunda Ngumbara di Papua menjelaskan, keramahan masyarakat Wamena kepada warga Jabar hasil dari terjalinnya komunikasi dan sosialisasi.

Di samping itu, sikap warga Jabar yang tetap memegang teguh tata krama dalam bermasyarakat atau dengan penduduk setempat.

"Hubungan hangat antara warga Jabar dan Wamena tercipta dari komunikasi yang baik. Sehingga, tak heran warga Wamena menyambut baik masyarakat Jabar yang terus berdatangan ke sana," jelas dia.

Sebagai Ketua Panguyuban Sunda Ngumbara, ia mengatakan pihaknya getol melakukan pertemuan dengan sesama warga Jabar di Wamena, maupun dengan masyarakat setempat.

Tetapi, saya yakin bahwa warga Jabar yang pulang dari Wamena akan kembali ke Wamena nanti

Seperti melakukan pengajian, yasinan dan bentuk sosialisasi serta komunikasi lainnya yang terus dilakukan agar lebih menguatkan silaturahmi dengan sesama warga Jabar terutama dengan masyarakat Wamena.

"Kalau kita tidak begitu, kita tak bisa kenal satu sama lain," kata dia.

Menurutnya, falsafah hidup orang Sunda yaitu, someah (baik), silih asah, silih asih (saling menajamkan pikiran atau saling mengingatkan dan saling mengasihi) teguh diterapkan warga Jabar di Wamena.

"Falsafah itu kita pegang teguh, sesuai dengan pesan Gubernur Jawa Barat. Bagaimana sikap seharusnya warga Jawa Barat di tanah rantau. Menjaga lembur, nyaah ka lembur (menjaga dan menyayangi tempat tinggal) dalam hal ini Wamena. Semua berbaur, tidak ada orang Garut, Sukabumi dan Cianjur, semua satu dengan masyarakat Wamena," ujar dia.

Namun demikiain, dirinya tak menampik bahwa akibat kerusuhan lalu, kurang lebih 71 warga Jabar meminta dipulangkan dari Wamena.

"Ada beberapa warga Jabar yang trauma pasca kejadian ini. Tetapi, saya yakin bahwa warga Jabar yang pulang dari Wamena akan kembali ke Wamena nanti. Mereka hanya ingin menenangkan pikiran, karena di sana mereka ada tekanan," ungkap dia.

Hal ini dibenarkan oleh salah satu warga Jabar yang turut pulang dari Wamena, Kushendrik Napiana. Kushendrik mengatakan dirinya akan kembali ke Wamena setelah kondisi aman dan damai.

"Saya pulang ke Jabar sekarang ini bukan untuk memulihkan trauma, tetapi mau menyampaikan kalau saya baik-baik saja selama di Wamena, dan saya sanggup kembali lagi ke Wamena," tukas dia. []

Berita terkait
Perantau asal Humbahas di Wamena Pulang Cuma Bawa Baju
Memilih kembali ke kampung halamannya dalam keadaan terpaksa. Mereka pulang seadanya, bahkan hanya dengan pakaian sehari-hari saja.
Terekam CCTV, Provokator Kerusuhan Wamena Ditangkap
Provokator tersebut ditangkap saat berada di sebuah kampus kawasan Jalan Hom-Hom, Wamena, Senin 7 Oktober 2019.
Anak Pengungsi Wamena di Sumbar Bisa Langsung Sekolah
Pemerintah Sumatera Barat memastikan keberlanjutan pendidikan anak-anak perantau Minang korban kerusuhan Wamena.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja