TAGAR.id, Jakarta - Terjadi gelombang perlawanan dari pendukung Inspektur Jenderal Ferdy Sambo membangkang perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Begitu isu yang berembus setelah Kapolri menetapkan Ferdy Sambo tersangka pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Isu itu ditepis Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Jumat, 12 Agustus 2022. Bahwa tidak benar isu liar yang berkembang tersebut.
Memang benar, kata Dedi, Kapolri Listyo Sigit Prabowo melakukan evaluasi besar-besaran, menyeluruh, setelah terjadi kasus kematian Brigadir J.
Sebelum sampai pada penetapan tersangka Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, banyak personel Polri terlibat dalam kasus ini, personel yang menghambat pengusutan kasus.
Sejauh ini 460.000 anggota Polri semuanya Satya Haprabu (setia kepada pemimpin negara) kepada Kapolri.
Tim Khusus bentukan Kapolri telah memeriksa 56 personel polisi terkait penanganan kasus Brigadir J. Sebanyak 31 orang di antaranya diduga melanggar kode etik profesi polri (KKEP).
Sebanyak 11 anggota Polri di antaranya ditahan di tempat khusus buntut kasus tersebut. Tiga orang di antaranya merupakan perwira tinggi Polri.
Memang ada dampak dari evaluasi menyeluruh itu, kata Dedi. Dan semua barada dalam kendali Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Dedi menjelaskan di Indonesia terdapat 460.000 anggota Polri. Mereka semua dipastikan setia kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Sejauh ini 460.000 anggota Polri semuanya Satya Haprabu (setia kepada pemimpin negara) kepada Kapolri,” kata Irjen Dedi.
“Jadi kita tetap tunduk taat dan setia kepada pimpinan kita yang tertinggi Bapak Kapolri," ucap Dedi.
“Ini merupakan komitmen Bapak Kapolri dalam rangka mengevaluasi secara menyeluruh dampak daripada kasus ini,” kata Dedi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada Selasa malam, 9 Agustus 2022, mengumumkan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Pembunuhan terhadap Brigadir J terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan, Jumat, 8 Juli 2022.
Ferdy Sambo menyuruh Bharada E untuk menembak Brigadir J. Setelah Brigadir J tewas, Ferdy Sambo ambil pistol Brigadir J untuk menembaki dinding untuk membuat kesan telah terjadi baku tembak.
Brigadir R dan K turut membantu dan menyaksikan penembakan Brigadir J.
Empat tersangka tersebut dijerat pasal dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Khusus untuk Bharada E bisa bebas dari segala jeratan hukum apabila terbukti menembak Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo.
Bharada E dalam kesaksiannya hanya punya dua pilihan: menembak Brigadir J atau ia yang ditembak.
Bharada E mengajukan diri sebagai Justice Collaborator, membantu penyidik mengungkap kasus. Kapolri mengatakan dengan Bharada E menjadi Justice Collaborator membuat kasus kematian Brigadir J menjadi terang. []
