Pendidikan, Kunci Penghilang Rasa Minder Bagi Disabilitas

Staf Khusus Presiden Angky Yudistia mengungkapkan, penghilang rasa minder bagi disabilitas salah satu kuncinya adalah dengan berpendidikan.
Dialog Interaktif Bintang Harapan, di Kandank Jurank Doank, Ciputat Senin, 30 November 2020. (Foto:Tagar/Kemen PPPA)

Jakarta – Plt. Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Nahar mengatakan, salah satu tugas negara adalah melindungi segenap warga negaranya tak terkecuali anak disabilitas. Salah satu bentuk perlindungan negara melalui mandatori Kemen PPPA yaitu memastikan kebijakan mampu mengakomodasi kebutuhan dan hak anak disabilitas.

“Bentuk perlindungannya tentu membuat kebijakan dan regulasi termasuk peraturan perundang-udangan. Setelah regulasi tentang anak penyandang disabilitas dibuat lalu kemudian regulasi pelaksanaan kebijakannya yang kami lakukan, termasuk memastikan upaya pemenuhan hak anak dan perlindungan khususnya dapat dilaksanakan,” kata Nahar dalam Dialog Interaktif Bintang Harapan, di Kandank Jurank Doank, Ciputat Senin, 30 November 2020.

Saya mencoba untuk bisa mandiri dengan pendidikan, supaya kita tidak merasa minder.

Nahar mengakui, pandangan masyarakat terhadap disabilitas masih belum setara dan perlu upaya lebih untuk menjadikan Indonesia ramah terhadap disabilitas. Kemen PPPA pun, bersama Kementerian/Lembaga terus bersinergi dan mengajak seluruh masyarakat mengupayakan inklusifitas.

“Tentu (kesetaraan) bagi anak disabilitas (di Indonesia) diakui masih belum maksimal, oleh karena itu upaya kita tidak berhenti, kita berharap akan melakukan upaya-upaya secara sistematis agar semua orang tidak mendiskriminasi, menelantarkan, dan melakukan eksploitasi (pada anak disabilitas),” ungkapnya.

“Sehingga kita memandang semua manusia itu sama dan yang membedakan itu kemampuan diri yang juga dapat disiapkan melalui pengasuhan dan pendamping yang tepat dimasa tumbuh kembangnya,” tambah Nahar.

Acara yang dilaksanakan dalam rangka Hari Penyandang Disabilitas Internasional tersebut Dipandu oleh Dik Doank dengan menghadirkan berbagai pembicara diantaranya Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angky Yudistia.

Bintang HarapanDialog Interaktif Bintang Harapan, di Kandank Jurank Doank, Ciputat Senin, 30 November 2020. (Foto:Tagar/Kemen PPPA)

Dalam kesempatan ini, Angkie mengungkapkan kebanggaannya menjadi seorang disabilitas perempuan pertama yang menjadi Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Menurutnya, untuk menghilangkan rasa minder diri sebagai seorang disabilitas salah satu kuncinya adalah dengan berpendidikan.

“Cita-cita saya adalah menjadi disabilitas yang mandiri berkarya dan bermanfaat. Tapi memang saya akui itu susah karena saya paham banget kita sering kali mengalami diskriminasi, ada batas-batas yang harus kita tembus. Tapi saya mencoba untuk bisa mandiri dengan pendidikan, supaya kita tidak merasa minder,” jelas Angkie.

Angkie menjelaskan, disabilitas itu mampu hanya saja keadaannya belum aksesible bagi disabilitas. Oleh sebab itu sebagai negara hukum, Indonesia diharapkan membuat payung hukum untuk memfasilitasi keterbukaan akses bagi disabilitas termasuk anak.

Angkie juga menyampaikan, selama satu tahun dia bertugas dengan berkoordinasi lintas kementerian/lembaga termasuk Kemen PPPA, Pemerintah Indonesia telah melahirkan 6 Peraturan Pemerintah dan 2 Peraturan Presiden terkait disabilitas.

“Anak-anak ini adalah penerus bangsa, kita (pemerintah) di sini berupaya memberikan payung hukum supaya adik-adik ini tetep bisa sekolah, tetap bisa menggapai cita-citanya, dan tentunya dilindungi oleh negara. Maka dari itu itu tugas adik-adik adalah tetap selalu sekolah dan menggapai cita-cita dan membuktikan bahwa kita disabilitas mampu berdaya dan bisa berkontribusi bagi Negara Indonesia,” tegasnya memberi semangat.

Sependapat dengan pernyataan Angkie, Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Bahrul Fuad mengakui, pendidikan merupakan penopang utama anak disabilitas dapat bersaing. Sehingga para orang tua perlu diingatkan agar memberikan dukungan bagi anak disabilitas khususnya dari sisi pendidikan.

“Saya berharap kepada orangtua yang memilki anak disabilitas, mohon anak-anaknya bisa diberi akses untuk pendidikan karena negara sudah membuka jalan tinggal kita sebagai orang tua mendukung dengan memberikan pendidikan sebaik-baiknya. Jangan disembunyikan di rumah, cintai anak kita sebagai makhluk Ciptaan-Nya. Didik anak-anak kita dengan baik” ucapnya.

Surya Sahetapy menambahkan, menurutnya orang tua tidak perlu malu dengan kondisi anaknya yang disabilitas. Sebaliknya, harus dikenal agar masyarakat memahami sehingga mendukung Indonesia ramah terhadap disabilitas.

“Saya berharap ke depan Indonesia bisa ramah terhadap disabilitas. Orangtua punya anak disabilitas nggak usah malu, sebab disabilitas itu perlu dikenal. (Saya berharap) Di Indonesia punya pusat disabilitas sebagai pusat informasi bagi disabilitas supaya bisa menginformasikan kebutuhan disabilitas, seperti infomasi sekolah, pendidikan dan sebagainya,” sebut Surya Sahetapy.

“Supaya kita (disabilitas) nyaman tinggal di Indonesia dan yang paling penting juga adalah kerja sama pemerintah dan kita semua harus saling membantu,” tutur Surya Sahetapy menggunakan bahasa isyarat,”tambahnya. []

Berita terkait
Menteri PPPA Bahas Rencana Pembelajaran Tatap Muka
Menteri PPPA Bintang Puspayoga banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dipersiapkan mengenai menyusul rencana PTM.
Menteri PPPA Kukuhkan 300 Perempuan Pemimpin Penggerak Desa
Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengukuhkan secara simbolis 300 perempuan pemimpin sebagai penggerak Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Kementerian PPPA Dukung Geliat Perempuan dalam UMKM
Kemen PPPA terus berusaha untuk membangun sinergi, khususnya dengan organisasi-organisasi yang membawahi para perempuan pengusaha