Penambangan Litium di Afrika Ungkap Sisi Gelap Energi Hijau

Perusahaan China juga dituduh menyuburkan praktik suap demi mendapat izin dengan pajak rendah
Buruh tambang litium di Goromonzi, Zimbabwe, Afrika (Foto: dw,cin/ud - Tafadzwa Ufumeli/Getty Images)

TAGAR.id - Buruh tambang litium milik China di Namibia, Afrika, mengeluhkan kondisi asrama yang kumuh dan praktik kerja yang tidak manusiawi. Perusahaan China juga dituduh menyuburkan praktik suap demi mendapat izin dengan pajak rendah. Hairsine Kate melaporkannya untuk DW.

Situasinya sedemikian buruk, Serikat Pekerja Tambang Namibia sampai harus mengirimkan tim pencari fakta ke tambang Uis milik Xinfeng Investments asal China. Di sana, mereka menjumpai gubuk kecil beratap seng tanpa jendela yang digunakan sebagai tempat tinggal buruh tambang.

Sebaliknya, pekerja asal China mendapat kamar berpendingin ruangan dengan fasilitas kamar mandi yang layak.

Serikat pekerja Namibia juga mengecam Xinfeng karena gagal menyediakan pakaian pelindung dan fasilitas keselamatan yang memadai bagi buruh lokal.

Temuan tim pencari fakta bukan satu-satunya tuduhan kontroversial terhadap Xinfeng Investments. Sebuah investigasi oleh Global Witness baru-baru ini menemukan, tambang Uis berstatus tambang rakyat. Dengan mengantongi izin yang berskala kecil itu, Xinfeng cuma perlu membayar "pajak yang sangat rendah untuk bisa mengakses” salah satu deposit litium terbesar di Namibia, tulis organisasi nirlana di Inggris tersebut.

Perlombaan untuk litium

Dijuluki "emas putih" di era energi terbarukan, litium adalah komponen utama baterai litium-ion yang saat ini menopang teknologi modern, mulai dari ponsel hingga mobil listrik. Baterai litium-ion juga menjadi syarat bagi transisi energi ramah iklim, karena menjembatani fluktuasi produksi pada panel surya atau kincir angin.

Secara global, pasokan litium saat ini didominasi oleh Australia, Chile dan China yang memproduksi 90% logam ringan dunia pada tahun 2022.

Afrika tercatat memiliki lima persen cadangan bijih litium di dunia. Namun begitu, saat ini baru Zimbabwe dan Namibia yang sudah mengekspor komoditas tersebut. Sementara Kongo, Mali, Ghana, Nigeria, Rwanda, dan Etiopia masih berada dalam tahap eksplorasi atau pengembangan.

Menurut proyeksi Badan Energi Internasional (IEA, permintaan terhadap litium akan tumbuh empat puluh kali lipat pada tahun 2040.

letak namibiaLetak geografis Namibia dan Zimbabwe di Afrika (Sumber: inwise.edu.vn)

Monopoli China

China memonopoli ekstraksi litium di Afrika. Lebih dari 83 persen estimasi pasokan litium pada dekade ini akan berasal dari proyek-proyek yang ikut dimiliki perusahaan-perusahaan China, menurut Benchmark Mineral Intelligence, sebuah lembaga konsultan tambang.

Tahun lalu, tiga raksasa pertambangan China mengakuisisi tambang litium dan proyek senilai 678 juta dolar AS di Zimbabwe.

"Dominasi oleh satu negara dapat menyebabkan rendahnya penghargaan terhadap sumber daya mineral, menyuburkan praktik penggelapan pajak dan pelanggaran hak asasi manusia,” demikian laporan terbaru dari Asosiasi Hukum Lingkungan Zimbabwe.

Peneliti dari Global Witness, Colin Robertson, sebabnya mendesak Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk mengupayakan transparansi penambangan litium di dunia. "Ini bukan hanya tentang upaya UE dan AS untuk meningkatkan pasokan mineral mereka sendiri,” katanya.

Adapun Farai Maguwu, direktur Pusat Tata Kelola Sumber Daya Alam di Harare, Zimbabwe, menekankan bahwa hasil proyek ekstraktif harus disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk barang publik, seperti jalan, klinik kesehatan, dan sekolah.

"Kami menganggap aset kami yang belum ditambang sebagai modal alam. Jadi, masyarakat lokal, terutama anak-anak, harus bisa menikmati manfaat dari ekstraksi sumber daya alam mereka,” katanya. (rzn/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
PM Kanada Justin Trudeau Ungkap Isu Kerja Paksa pada Produksi Litium China
PM) Kanada, Justin Trudeau, pada Jumat, 28 April 2023, mengaitkan produksi litium di China dengan "kerja paksa”