Pemprov Bali Screening Ketat Pekerja Migran

Satgas Penanggulangan Covid-19 melakukan screening ketat terhadap ribuan pekerja migran dari 11 negara epicentrum Covid-19 di Bandara Ngurah Rai.
Satgas Penanggulangan Covid-19 Bali sedang memeriksa ketat pekerja migran Indonesia yang baru pulang dari 11 negara epicentrum Covid-19. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Badung - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 melakukan screening atau penyaringan terhadap pekerja migran Indonesia yang masuk melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Jumat, 3 April 2020. Screening pekerja migran dilakukan agar mencegah Covid-19 masuk di Provinsi Bali.

Sekretaris Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali I Made Retin mengatakan berdasarkan arahan dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan, ada warga negara Indonesia dari 11 negara epicentrum Covid-19 datang ke Indonesia.

Seperti 2 hari lalu datang 274 orang semuanya menjalani Rapid Test di bandara.

"Screening di Bandara untuk membedakan WNI datang dari 11 negara, termasuk dari Amerika Serikat. Jadi WNI kita di screening dan akan kita karantina meskipun mereka membawa surat keterangan sehat dari negara mereka kerja," ujarnya.

Retin mengaku karantina terhadap pekerja migran dilakukan untuk menjalani Rapid Test atau tes cepat sembelum dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Meski demikian, kata Rentin, jika ada pesawat mengangkut pekerja migran lebih dari 150 orang, maka Rapid Test akan digelar di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

"Seperti 2 hari lalu datang 274 orang semuanya menjalani Rapid Test di bandara. Sementara yang datang malam hari dibawa ke tempat karantina dan menjalani Rapid Test pagi harinya. Itu dilakukan agar tidak terjadi overload," kata dia.

Retin mengungkapkan berdaasrkan hasil Rapid Test diketahui dinyatakan negatif. Berdasarkan data, hingga Jumat, 3 April 2020, sudah ada 3.157 orang pekerja migran tiba di Provinsi Bali.

Sementara itu, Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Bali Made Dewa Indra mengimbau kepada warga untuk menerima kedatangan pekerja migran Indonesia yang pulang dari luar negeri. Bagi Made Dewa, pekerja migran Indonesia adalah pahlawan devisa negara dan juga tidak membawa Covid-19 dari tempatnya bekerja.

"Saya ingin mengatakan ketika peristiwa ini terjadi, seharusnya kita dengan penuh kesadaran nurani menyambut uluran tangan anak-anak kita yang pulang. Mereka pulang karena situasi tidak memungkinkan mereka untuk bekerja, mereka itu adalah anak kita kehilangan pekerjaannya," tuturnya.

Ia pun sangat menyayangkan jika ada pihak-pihak yang menolak kepulangan pekerja migran ke kampung halamannya di Bali.

"Tetapi saya tidak menyalahkan, saya mengambil posisi bahwa oknum tersebut belum mendapatkan pemahaman baik pemahaman dan utuh tentang Covid-19. Saya tegaskan sesungguhnya tidak perlu pekerja migran ini ditakuti karena hasil tes hampir semuanya negatif," tegasnya.

Difabel BanyuwangiSeorang penyandang disabilitas di Kabupaten Banyuwangi mendapatkan bantuan dari organisasi pemerhati penyandang disabilitas. (Foto: Tagar/Hermawan)

Disabilitas Banyuwangi Luput Perhatian Pemerintah

Sementara itu, akibat pandemi Covid-19, disabilitas di Kabupaten Banyuwangi luput dari perhatian pemerintah. Padahal, penyandang disabilitas merupakan kelompok yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19.

Pemerhati penyandang disabilitas dari Komunitas Advokasi Disablitas Aura Lentera Banyuwangi Indah Catur Cahyaningrum mengatakan sebagian besar penyandang disabilitas di Banyuwangi berprofesi sebagai tukang pijat dan musisi. Namun, mereka saat ini tidak lagi menggeluti profesinya karena tidak ada pelanggan datang.

“Mereka sejak tiga pekan ini sudah menggagur, karena tidak ada pasien yang datang untuk pijat. Bahkan untuk para musisi juga sudah tidak ada lagi mengundang. Padahal pada bulan Maret hingga April ini sebenarnya sedang ramai-ramainya undangan untuk menggung karena banyak masyarakat menggelar hajatan,” ujar Indah Cahyaningrum.

Indah mengatakan jika saat normal penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai tukang pijat mampu melayani 4 hingga 6 orang per harinya. Akan tetapi semenjak pandemi virus corona ini melanda seminggu hanya 1 pasien datang. Bahkan untuk minggu pertama di April ini sudah tidak ada lagi pasien datang.

“Untuk minggu-minggu ini mereka praktis menganggur di rumah, karena sudah tidak ada pasien pijat yang datang untuk di pijat. Mungkin masyarakat takut untuk pijat,” kata Indah

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saat ini mereka mengandalkan uluran tangan dari orang lain. Seperti tetangga dan masyarakat untuk sukarela memberikan bahan-bahan kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-harinya.

“Meraka praktis saat ini untuk kebutuhan makan setiap hari mengandalkan bantuan yang datang. Kalau tidak ada memberi, ya mereka terancam kelaparan, karena penyandang disabilitas ini tidak bisa seperti orang normal,” kata Indah.

Sementara itu, penyandang disabilitas tuna netra di Banyuwangi Windoyo mengaku sudah tidak bekerja hampir 1 bulan karena tidak adanya undangan untuk bermain musik.

“Hampir 1 bulan ini sudah tidak ada undangan. Ya, jadi ada di rumah saja menemani anak, karena istri bekerja dan melakukan aktivitas lainya,"tuturnya

Windoyo hanya bisa berharap, pandemi virus corona ini segera selesai sehingga semua aktivitas bisa kembali normal dan berjalan seperti biasa. “Ya saya hanya bisa berdoa mudah- mudahan tuhan segera mengangkat penyakit ini, biar masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa,” kata Windoyo. []

Berita terkait
Khofifah Minta Pemda Gratiskan Sewa Rusunawa
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memberikan stimulus bagi penghuni Rusunawa dengan membebaskan sewa selama tiga bulan sejak April-Juli.
Penyebaran Covid-19 di Jatim dan Bali Mulai Melambat
Berdasarkan data Satgas Penanggulangan Covid-19 Jatim dan Bali, per 2 April 2020 tidak ada penambahan pasien positif.
Hotel di Bali Banting Harga di Tengah Pandemi Corona
Sejumlah hotel di Bali menawarkan paket harga murah agar bisa bertahan di tengah pandemi virus corona.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.