Pembelajaran Jarak Jauh Bikin Guru dan Siswa Melek Digital

Para pengajar perlu melakukan banyak inovasi termasuk juga dengan menciptakan ide-ide kreatif dalam meminimalisir berbagai kendala dalam prosesnya.
Ilustrasi - Pembelajaran jarak jauh secara virtual atau belajar online dilakukan siswa dan mahasiswa selama masa pandemi. (Foto: Tagar/Pixabay/jmexclusives)

Jakarta - Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) berkepanjangan di masa pendemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya penurunan minat dan kemampuan literasi (literacy loss) di kalangan siswa Indonesia. 

Guru Sekolah Dasar (SD) Kembang, Kemang Jakarta Selatan, Sekar Ayu Adhaningrum, mengatakan pembelajaran daring selama tahun kedua masih mengenakan platform webinar dengan durasi belajar maksimal 2 jam.

"Selama tahun kedua memulai ajaran baru secara daring, masih dengan menggunakan aplikasi Zoom. Masuknya setiap hari senin-jumat mulai sekitar di jam 9 atau 10 pagi, namun dengan durasi waktu sekitar 1 - 1,5 jam," kata Arum, sapaan akbrabnya, kepada Tagar, Kamis, 29 Juli 2021.

"Untuk kelas 1 dan 2 SD sekitar 40-45 menit setiap belajar masuk di Zoom. Disambung sore hari, ada kelas pilihan namanya. Kelas pilihan ini sifatnya boleh ikut dan boleh enggak," katanya.

Dalam prosesnya, pelaksanaan pembelajaran daring menyesuaikan tingkatan dimasing-masing jenjang kelas, juga mengacu pada kesepakatan kelas masing-masing. Waktu belajarnya pun, kata Arum, fleksibel mengikuti kebutuhan kelas dengan menerapkan project base learning dan menyertakan proyek individu kepada tiap siswa.


Keuntungannya, anak-anak dan kami di PJJ ini sama-sama belajar ketrampilan baru terutama belajar dalam digital.


"Tahun ini kami mencoba lebih banyak project base learning, jadi kami bersama anak-anak itu sama-ama menentukan rencana belajarnya, maunya bagaimana. Jadi diakhir kuartal mungkin saja ada proyek-proyek individu yang beda-beda yang tergantung pada minat masing-masing si anak. Cuma, kalau pelaksanaan rutinitasnya itu masih sama, tiap hari ada Zoom-nya dengan waktu yang diawal saya bilang tadi," katanya.

Arum menjelaskan, proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 dibanding sebelumnya, sangatlah berbeda. Di masa pandemi ini, menurutnya, kelebihanya dari pembelajaran jarak jauh tersebut yakni membuat para guru siswa belajar keterampilan baru terutama dalam beradaptasi dengan dunia digital.

"Kalau tatap muka banyak yang gak bisa di dapatkan dari PJJ. Karena sekolah kami juga kebetulan gak terlalu besar, jadi kami itu deket banget sama anak-anaknya semua. Baca buku sampai kumpul bersama, ngobrol-ngobrol, pendekatan gitulah. Nah itu sih yang sampai sekarang belom ada gantinya," katanya.

"Keuntungannya, anak-anak dan kami di PJJ ini sama-sama belajar ketrampilan baru terutama belajar dalam digital. Karena dipaksa dan dituntut, mau gak mau ya harus belajar, jadi belajar hal baru lagi gitu," ujarnya.

Disisi lain, proses pembelajaran daring juga masih mengalami beberapa kendala baik dari para guru maupun siswa. Salah satunya adalah keadaan situasi anak di rumah baik secara sosial maupun emosional, juga tak sedikit yang terkendala dengan perangkat digital masing-masing siswa dalam belajar.

"Misal kita sudah merencakan melakukan projek ini itu, ternyata di rumahnya dia juga harus berbagi waktu dengan adiknya yang juga mau memakai laptop, hp atau tab, atau apapun itulah, yang di rumah yang kita gak bisa kontrol keadaan di luar," ujarnya.

"Jadi ya harus lebih fleksibel, ditunda dlu, atau didengerin dulu aja. Pendampingannya gak bisa langsung, misal ketika ngajarin, interaksinya kita gak bisa ngejumpain langsung ketempat duduknya untuk menunjuk dan mengajarinya karena daring," ujarnya.

Kendati demikian, para pengajar perlu melakukan banyak inovasi termasuk juga dengan menciptakan ide-ide kreatif dalam meminimalisir berbagai kendala selama proses pemberlajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19.

"Misal ketika ada kendala jaringan, guru mengirimkan dalam bentuk video sehingga anak-anak yang terlambat join kelas, tetap dapat mempelajari dari awal tanpa merasa ketinggalan," katanya.

"Solusi lainnya yaitu menggandeng para orang tua untuk bisa sama-sama saling mengigatkan si anak, meperluas komunikasi antara orang tua dan guru. Sesimpel bertanya apa kabar, atau anaknya butuh ini itu, apakah orang tua bisa membantu mencarikan gitu," ujarnya. []


Baca Juga: Keluarga Berperan Besar Dalam Tingkatkan Literasi Siswa


(Christina Butarbutar)

Berita terkait
Belajar Daring Belum Ideal Tingkatkan Kecakapan Literasi
Dengan sistem daring, para siswa wajib membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
RI Dorong Kecakapan Literasi Digital di Masa Pandemi
Kecakapan literasi digital menjadi perhatian serius pemerintah meningkatkan literasi di masa pandemi Covid-19.
Siswa Lebih Terampil Kuasai Teknologi, Literasi Meningkat
Hasil studi, di masa pandemi menunjukkan bahwa siswa menggunakan perangkat digital lebih banyak dibanding sebelumnya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.