Yogyakarta - Namanya Pelangi Nusantara Yogyakarta, wadah warga dari suku-suku di Indonesia yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paguyuban ini semakin mengokohkan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, beragam suku yang ada di Indonesia ada di Kota Budaya ini.
Beragam suku dengan budaya masing-masing tumbuh subur di Yogyakarta. Hal itu terlihat dalam pertemuan Pelangi Nusantara yang digelar pada Rabu 27 November 2019 malam saat Diaspora Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai tuan rumah. Seluruh perwakilan suku di Indonesia hadir di acara itu dengan mengenakan baju khas daerah masing-masing.
Suasana akrab dan hangat terasa di acara itu. Sebagai pembuka acara, Ikatan Pelajar NTT menyuguhkan tarian penyambutan Likurai serta tarian dari Sumba berupa tarian Kataga. Tarian itu dibawakan oleh mahasiswa dan pelajar yang berasal dari NTT dan Sumba.
Panitia Diaspora NTT Yogyakarta, Yupiter Ome mengatakan, pihaknya merasa bangga karena dipercaya oleh Kepolisian Daerah (Polda) DIY menjadi tuan rumah acara Pelangi Nusantara edisi ke-3 dengan tema Dari Yogyakarta Kita Gemakan Persatuan dan Kesatuan Bangsa itu.
Acara dihadiri sekitar 350 orang, perwakilan sesepuh dan mahasiswa dari 34 ikatan keluarga pelajar dan mahasiswa seluruh Indonesia di Yogyakarta. Para sesepuh kesukuan hadir di acara ini. Acara juga dihadiri Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Polda) DIY, Brigadir Jenderal Polisi Karyoto, Kasiter Korem 072 Pamungkas Kolonel Infanteri Hari Santoso, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik DIY Agung Supriyono dan lainnya.
Yupiter mengatakan para sesepuh dan Diaspora Nusantara, terkhusus sesepuh dan Diaspora NTT yang menghadiri acara sangat terkesan dengan acara ini. "Kita mengapresiasi inisiatif, gagasan dan terobosan dalam menyikapi situasi kekinian dengan pendekatan keamanan berbasis budaya. Ini menjadikan suasana lebih cair, karena terjadi komunikasi tanpa sekat," ujarnya.
Bisa menjaga Yogyakarta sebagai Kota Toleran, Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Pariwisata.
Harapan para peserta pada umumnya, kegiatan ini dapat diperluas cakupan dan pesertanya. "Harapan kita, pasca kegiatan ini menjadi entry point terciptanya hubungan yang erat dan saling memahami antar warga pendatang luar DIY, Diaspora, mahasiswa dengan masyarakat sekitar," ungkapnya.
Menurut dia dengan kondisi ini suku-suku Indonesia yang ada di Yogyakarta bisa bersama menjaga kondusivitas Yogyakarta sebagai Indonesia Mini. "Bisa menjaga Yogyakarta sebagai Kota Toleran, Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Pariwisata," ujar Yupiter.
Berbagai alasan mereka untuk tinggal di Yogyakarta. Ada yang sekolah, kuliah, bekerja, bahkan menjalani masa tua atau pensiun. Hal ini membawa berbagai macam dampak positif maupun negatif, baik sosial, ekonomi, ideologi, politik, dan lain sebagainya. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya paguyuban bernama Pelangi Nusantara.
Pelangi Nusantara sudah menggelar acara silaturahmi untuk ketiga kalinya. Acara perdana difasilitasi oleh Kepolisian Daerah (Polda) DIY. Pertemuan yang kedua digelar dengan tuan rummah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKS). Sedangkan yang ketiga, Diaspora NTT bertindak sebagai tuan rumah yang digelar di Studio Radio Sasando FM.
Wakil Kepala Polda DIY, Brigadir Jenderal Polisi Karyoto mengatakan potensi keberagaman yang ada di Yogyakarta bisa menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa. "Potensi keberagaman mampu mempererat rasa nasionalisme, rasa kebangsaan, rasa memiliki Indonesia," kata dia.
Menurut dia kegiatan Pelangi Nusantara seperti yang digelar pada Rabu 27 November 2019 malam akan terus digelar secata rutin. "Kegiatan ini akan terus dilaksanakan setiap bulan. Harapannya seluruh diaspora yang ada di DIY bisa ikut kegiatan ini," ujar Karyoto. []
Baca Juga:
- Kemendikbud Terus Usulkan Warisan Budaya ke UNESCO
- Iyong Damanik, Pelestari Budaya Lewat Seni Miniatur
Lihat Foto: