Pegunungan Himalaya Sumber Air Bersih Miliaran Populasi Asia

Kerusakan ekosistem Himalaya jadi ancaman serius sumber air minum bagi miliaran penduduk Asia
Ilustrasi: pegunungan Himalaya (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Banjir akibat gletser yang longsor di India baru-baru ini diyakini akan berulang, ketika dampak perubahan iklim kian menguat, terutama di pegunungan Himalaya yang menjadi sumber air bagi miliaran manusia di Bumi. Kerusakan ekosistem Himalaya jadi ancaman sumber air minum bagi miliaran penduduk Asia.

Miliaran populasi di China, Asia Selatan dan Asia Tenggara bergantung hidup dari sungai-sungai raksasa yang mengalir dari Himalaya. Sungai Yangtse, Ganga, Indus, Bhramaputra, Irrawady atau Mekong hingga kini merupakan sumber air terpenting di kawasan tersebut.

Namun, perubahan iklim perlahan menggerogoti stabilitas ekosistem di Himalaya, yang ditandai dengan penyusutan gletser akibat kenaikan temperatur. Kondisi gletser secara langsung berpengaruh pada kondisi sungai, yang mengandalkan separuh volumenya pada asupan gletser.

sungai himalayaSungai-sungai yang hulunya di Pegunungan Himalaya (Foto: lowyinstitute.org)

Hal ini diperparah dengan giatnya pembangunan infrastruktur air seperti bendungan irigasi atau pembangkit listrik.

"Ekosistem sungai terancam oleh proyek pembangunan, pembuangan limbah solid atau cair, penambangan pasir atau batu,” kata Himanshu Thakkar, peneliti Jaringan Asia Selatan untuk Bendungan, Sungai dan Manusia, kepada AFP.

"Perubahan iklim yang terjadi dalam jangka waktu panjang sudah mulai terlihat. Dampaknya sudah nyata,” imbuhnya. "Jadi sungai-sungai ini memang sedang sangat terancam”.

Bencana di negara bagian Uttarakhand, India, akhir pekan silam, diyakini dipicu akibat jebolnya kantung air di dalam gletser, yang menghunjam ke lembah di bagian bawah dengan kecepatan tinggi.

Terjangan air menewaskan belasan orang, sementara sebanyak 170 orang masih dinyatakan hilang. Banjir turut menghancurkan satu bendungan, dan merusak bendungan lain yang berada tak jauh di bawah. Sungai Dhauliganga adalah salah satu anak sungai Ganga yang mengalir hingga ke Teluk Benggala.

1. Kondisi Air Dunia

Bendungan lemahkan struktur geologi? Tim ilmuwan telah diterjunkan ke lokasi kejadian untuk menyelidiki sebab bencana. Sejumlah pegiat lingkungan kembali menggaungkan kecurigaan lama, betapa proyek bendungan bisa membuat kawasan pegunungan menjadi tidak stabil.

"Area ini sangat rentan, jadi tidak tepat untuk dijadikan lokasi pembangunan dua pembangkit listrik yang saling berdekatan,” kata Himanshu. "Tidak ada perencanaan yang matang, atau penelitian dampak dan studi geologis,” imbuhnya.

keamaman airKelangkaan air diprediksi akan mencuat di kawasan Asia Selatan, Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika pada 2025 (Foto: dw.com/id)

Hal senada diungkapkan sejumlah organisasi lingkungan internasional, yang mencatat proyek pembangunan kedua bendungan membuat dinding lembah yang curam menjadi rapuh, dan berisiko longsor.

Kenaikan temperatur juga dinilai berkontribusi pada pelemahan struktur geologi di pegunungan Himalaya. Sebuah studi pada 2019 silam menyimpulkan laju penyusutan gletser meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan saat pergantian abad, atau 25 tahun sebelumnya.

"Dampak perubahan iklim di pegunungan Himalaya adalah kenyataan,” kata Benjamin P. Horton, direktur lembaga sains, Earth Observatory of Singapore. Selain bencana alam, penyusutan gletser mengancam pasokan air minum penduduk, atau kelangsungan sektor pertanian, imbuhnya.

Pada 2013 silam, kawasan yang sama pernah dilanda bencana banjir bandang akibat tanah longsor menyusul hujan lebat. Sebanyak 6.000 orang dikabarkan tewas, sementara desa-desa penduduk hanyut terbawa terjangan air.

2. China: Air Sebagai Properti Negara

Di bagian utara Himalaya, China pun mencatat kenaikan intenstitas bencana di sungai-sungai besarnya. Tahun lalu, banjir di sungai Yangtse menewaskan ratusan orang dan menghanyutkan ribuan rumah.

Pegiat lingkungan menilai bencana tersebut merupakan indikasi menguatnya dampak perubahan iklim.

proyek bendunganProyek bendungan pembangkit listrik biasanya menggunakan terowongan untuk mengalirkan air ke ruang turbin. Maraknya pembangunan diyakini ikut mempercepat destabilisasi struktur geologi di Himalaya (Foto: dw.com/id)

Serupa halnya dengan India, China juga giat membendung sungai demi mengalihkan air ke kawasan yang lebih kering. Saat ini pemerintah sedang menggiatkan pembangunan kanal Irigasi Selatan-Utara, sebuah proyek irigasi lintas generasi yang berupaya memindahkan air dari Tibet ke perbatasan Gurun Gobi di utara dan sudah dimulai sejak era Mao Zedong.

Namun, pemerintah di Beijing berdalih proyek irigasi tersebut justru memudahkan pengendalian banjir.

China juga giat membiayai proyek bendungan di negara lain yang juga dialiri sungai-sungai dari Himalaya, seperti di Pakistan atau negara-negara Mekong di Asia Tenggara. Adapun rencana pembangunan bendungan irigasi di sungai Brahmaputra memicu kekhawatiran di Bangladesh yang berada di bagian hilir.

Partai Komunis China kini "menguasai sungai-sungai paling besar di dunia yang menjadi nadi kehidupan bagi berjuta-juta manusia di negara hilir, untuk bahan pangan, pertanian, perkapalan dan juga keamanan,” katra Patricia Adams, Direktur Eksekutif Probe International, sebuah lembaga konservasi Kanada [rzn/gtp (afp, rtr)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Bongkahan Es Gletser Himalaya di India Mencair Picu Banjir
Pejabat India katakan 9 tewas dan lebih 140 hilang dan dikhawatirkan tewas, setelah sebongkah besar gletser Himalaya di wilayah India utara jatuh
Amerika Serikat Lacak Bendungan China di Sungai Mekong
Amerika Serikat (AS) luncurkan proyek terkait dengan tingkat air di bendungan-bendungan China di sepanjang aliran Sungai Mekong
China dan Nepal Resmi Sepakati Tinggi Gunung Mount Everest
China dan Nepal secara bersama umumkan tinggi resmi Gunung Mount Everest yang telah direvisi pada hari Selasa, 8 Desember 2020
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.