Pedagang Sayur Sibolga: Kami Hanya Cari Sesuap Nasi

Pedagang sayur di Sibolga tak lagi diperbolehkan mengirim barang melalui kapal penyeberangan.
Puluhan pedagang yang mengeluh akibat barangnya tidak diperbolehkan masuk ke kapal penyebarangan, Rabu 26 Juni 2019. (Foto: Tagar/Dody Irwansyah)

Sibolga - Puluhan pedagang sayur dan bumbu dapur di Sibolga, Sumatera Utara yang selama ini mengirim barang ke Gunungsitoli, Nias dari Pelabuhan Sibolga mengeluh.

Mereka tak lagi diperbolehkan mengirim (barang curahnya) melalui kapal penyeberangan.

Seperti dikatakan Lamria Sinaga, pedagang yang hanya mengandalkan usaha pengiriman barang curah berupa sayuran dan bahan dapur tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Dia khawatir usaha yang selama ini ditekuni terancam gulung tikar. "Kami pedagang pengirim barang curah dan juga buruh kapal terancam bangkrut. Karena barang kami tidak bisa dimasukkan ke kapal," ungkapnya, Rabu 26 Juni 2019.

Artikel lainnya: Satpam Dipecat Pertamina, SBSI Demo DPRD Sibolga

Dia berharap kembali diperbolehkan mengirim barang melalui kapal penyeberangan. Karena barang curah, yakni sayuran seperti tomat, bawang, cabai dan yang lainnya umumnya cepat membusuk.

Mereka kemudian meminta perhatian KSOP Sibolga dan pemerintah. Selama ini mereka diberi kebijakan sehingga usaha mereka berjalan lancar.

Barang yang kami bawa dengan truk colt diesel yang kami sewa menjadi layu, bahkan membusuk

"Kami minta kepada Wali Kota Sibolga, KSOP, dan pihak yang terkait, tolonglah kami dan bantulah kami, karena rakyat Gunungsitoli juga membutuhkan barang dagangan yang kami kirim dari sini. Tolonglah kami, karena kami cuma pedagang kecil dan hanya mencari sesuap nasi, inilah kami semua pedagang dan buruh," ucap Lamria.

Selama ini, mereka tidak pernah membuat keributan, semua aturan dipatuhi demi kelancaran usaha dan kelanjutan hidup ekonomi mereka.

"Kami ini pedagang kecil, bukan pedagang besar. Kami hanya mencari sesuap nasi. Barang curah yang dikirim pun hanya berkisar 20 kg-50 Kg," katanya.

Lanjutnya, sejak larangan diberlakukan, mereka tidak pernah melawan. Mereka hanya bisa pasrah seraya berharap perhatian dan pertolongan agar diberi kesempatan.

"Kami hanya minta tolong dan memohon, supaya kami diberi kesempatan agar usaha kami bisa berjalan. Anak kami masih kecil dan butuh biaya sekolah," bebernya.

Artikel lainnya: Pasien di RSUD Sibolga Meninggal Setelah Disuntik

Pedagang lainnya, Agus Tanjung alias Joko menambahkan, mereka sudah pernah menyewa armada pengangkutan untuk membawa barang-barang pedagang.

Tetapi muatan barang yang dikumpulkan tidak cukup, akhirnya mereka pun merugi.

"Kami sudah mencobanya lebih dari enam kali dan hasilnya merugi. Barang yang kami bawa dengan truk colt diesel yang kami sewa menjadi layu, bahkan membusuk. Belum lagi biaya sewa mobil dan ongkos kapal hingga mencapai Rp 4 jutaan, maka kerugian kami pun tambah dalam," ungkapnya.

Hal tersebut pun sudah mereka adukan ke DPRD Sibolga, tapi hingga kini belum ada kepastian.[]

Berita terkait
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu