Jakarta - PDI Perjuangan (PDIP) menyatakan ada sejumlah elite yang belum sepenuhnya menerima dengan legowo atau iri pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Sekretaris Jenderal PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan banyak kemajuan dalam setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf yang jatuh tepat 20 Oktober 2020 kemarin.
"Begitu banyak kemajuan yang dicapai pemerintah, namun masih ada saja elite politik yang hanya melihat dari sisi negatif, penuh iri hanya karena tidak lagi mendapatkan jabatan strategis," kata Hasto dalam keterangannya, Rabu, 21 Oktober 2020.
Kalau Indonesia ribut terus, yang akan senang negara lain, karena itu kedewasaan politik seharusnya dikedepankan.
Baca juga: Satu Tahun Jokowi, PDIP: Konsolidasi Pemerintahan Modal Penting
Menurutnya, Jokowi-Ma'ruf telah membangun banyak infrastruktur dan program kerja dalam setahun kepemimpinan. Sejumlah infrastruktur itu mulai dari jalan tol, bendungan, kereta api, bandara, pasar rakyat, hingga pembangkit listrik.
Tak hanya itu, Hasto menyesalkan sejumlah pihak yang hanya memandang negatif kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf. Menurutnya, dalam situasi pandemi seperti saat ini, semua pihak seharusnya mengedepankan semangat persatuan, gotong royong, dan bela rasa.
Hasto mengaku khawatir kekisruhan yang terjadi justru berdampak dengan menguntungkan negara lain. Ia berharap semua pihak lebih dewasa dalam berpolitik dan mengutamakan kemajuan negara.
"Kalau Indonesia ribut terus, yang akan senang negara lain, karena itu kedewasaan politik seharusnya dikedepankan. Saatnya kedepankan tanggung jawab bersama demi kemajuan bangsa. Di sinilah sikap kenegarawanan dikedepankan, apa yang dapat diberikan bagi kemajuan dan kejayaan bangsanya?" kata dia.
Hasto menjelaskan jika Indonesia memiliki sejarah yang gemilang di antara negara-negara lain dengan menganut Pancasila. Sejarah, katanya, bahkan mencatat Pancasila telah banyak membangun persaudaraan dan memerdekakan banyak negara muslim.
Baca juga: Tiga Elite PDIP Konsolidasi Pemenangan Pilkada di Simalungun
Namun, dia menyebut, kondisi itu saat ini justru terbalik. Politik hanya terus berhadapan dengan bangsa sendiri, dan melupakan tugas penting untuk bertindak ke luar dan membawa nama baik negeri.
"Sekarang ini keadaan terbalik, praktik politik hanya ke dalam, berhadapan dengan bangsa sendiri. Lupa pada tugas maha penting untuk bagaimana seluruh anak bangsa bertindak ke luar dan membawa nama harum di dunia internasional," kata dia. []