PDIP Ambil Untung dari Tingginya Elektabilitas Jokowi

PDI Perjuangan mengambil untung dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintahan Joko Widodo. Elektabilitas Jokowi juga semakin naik signifikan.
PDI-Perjuangan

Jakarta, (Tagar 12/9/2017) -  PDI Perjuangan mengambil untung dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Selain itu, elektabilitas Jokowi juga semakin naik signifikan.

Hasil ini digambarkan lewat survei yang dilakukan Lembaga Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Dalam konferensi pers yang dilakukan hari ini, Selasa (12/9), CSIS memaparkan 68,3 persen masyarakat Indonesia menyatakan puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi. Hasil ini naik sekitar 2 persen dibanding hasil survei tahun 2016 sebesar 66,5 persen.

Sementara itu dari sisi elektabilitas, jika pemilihan presiden dilakukan saat ini, maka petahana Joko Widodo akan kembali menjabat sebagai presiden periode kedua dengan elektabilitas 50,9 persen, jauh mengungguli calon lainnya Prabowo Subianto sebesar 25,8 persen.

CSIS melakukan survei tanggal 23-30 Agustus 2017 lalu dengan jumlah responden sebanyak 1000 orang yang tersebar merata di 34 provinsi. Margin of error survei sebesar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Menurut peneliti CSIS Arya Fernandes, dukungan terhadap Joko Widodo masih kuat berasal dari pemilih partai-partai pendukung utama pemerintah, seperti PDIP, Golkar, Nasdem, PKB, dan PPP.

Dua pemilih partai pendukung lainnya seperti PAN dan Hanura, masih terbelah dan banyak memilih Prabowo Subianto. Sementara dukungan kepada Prabowo solid dari pemilih Gerindra, PKS, Demokrat, PBB dan Perindo.

" Dari sisi kepartaian, PDI Perjuangan mengambil banyak keuntungan dari kepuasan publik terhadap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dibandingkan dengan anggota koalisi politik lainnya. Semakin masyarakat puas terhadap kinerja pemerintah, semakin berpotensi memberikan pilihan kepada PDI Perjuangan," kata Arya.

Stabilitas suara PDI Perjuangan yang cukup tinggi menunjukkan posisi partai yang membonceng suara Jokowi. Hal tersebut misalnya tampak kurang efektifnya tingkat kesukaan dan pengenalan terhadap partai. Hal itu tampak hanya 70.7% pemilih yang suka PDIP dari 94.3% yang mengenal pDIP.

Suara Partai Golkar yang sempat mengalami kenaikan dari 11.4% pada 2015 menjadi 14.1% pada tahun 2016 karena secara massif mendukung pencalonan Joko Widodo sebagai Presiden, mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 10.9% karena masalah-masalah di internal partai.

"Partai oposisi relatif kehilangan isu yang tampak dari tidak adanya isu utama yang digalang oleh partai-partai oposisi. Perolehan suara Gerindra yang menjadi motor partai oposisi juga mengalami stagnasi," ujar Arya. (Ard)

Berita terkait