PBNU Desak Polisi Usut Siapa di Belakang Penyebaran Hoaks

PBNU desak polisi usut siapa di belakang penyebaran hoaks. "Terkutuklah orang yang menyebarkan berita kebohongan, usut siapa di belakangnya,” pinta Said Aqil.
UNGKAP TERSANGKA PENYEBAR HOAKS: Kapolres Tasikmalaya AKBP Anton Sujarwo, menunjukkan barang bukti berupa telepon pintar dan "screenshot" hasil postingan tersangka penyebar hoaks di Makopolres Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (1/3). Polres Tasikmalaya bersama Dirkrimum Polda Jabar menangkap Fuad Sidiq, pelaku penyebar hoaks dan ujaran kebencian yang tergabung dalam jaringan United Muslim Cyber Army (UMCA), tersangka menyebarkan perihal orang sakit jiwa masuk Pesantren Cipasung di Tasikmalaya yang diposting di media sosial atau Facebook. (Foto: Ant/Adeng Bustomi)

Kediri, (Tagar 5/3/2018) – KH Said Aqil Sirodj mendesak polisi untuk mengusut tuntas berbagai jaringan yang sengaja menyebarkan informasi hoaks, yang bertujuan memecah belah NKRI.

"Terkutuklah orang yang menyebarkan berita kebohongan, jadi itu penghalang kebaikan dan dosa besar. Saya minta polisi, bukan hanya menangkap, tapi siapa di belakangnya, apa tujuan motifnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini saat menghadiri acara kuliah umum di Kampus Institut Agama Islam Tribakti Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (4/3) sore.

Said Aqil menyesalkan adanya kelompok yang mengaku sebagai Muslim, namun menyebarkan berita bohong ke masyarakat.

Menurut dia, adanya kelompok itu hanya ingin memecah belah persatuan bangsa, serta membawa nama Muslim menjadi buruk. "Saya sayangkan kok atas nama Muslim. Apa tidak tahu kebenaran agama Islam, apa umat Islam seperti itu karakternya? Iya dong (ada kesengajaan memecah belah bangsa)," tandasnya.

Ia berharap pemerintah sigap dengan berbagai informasi yang tidak benar. PBNU pun, kata dia, siap bersama-sama pemerintah memerangi berbagai jaringan yang membuat berita bohong. Sebab, dalam beberapa kasus, informasi yang tidak benar, karena sering diinformasikan justru dianggap seolah-olah benar.

"Kami memberikan dukungan agar roda pemerintahan untuk bangsa ini berjalan baik. Kalau rakyat sudah dewasa, tidak perlu (negara 'meng-counter' informasi hoaks), namun masalahnya belum dewasa. Berita bohong sekali tidak percaya, tapi jika setiap hari disiarkan terus menjadi percaya," ujarnya.

KH Said juga mengaku belum mengetahui dengan pasti tujuan dari kelompok ini menyebarkan informasi yang meresahkan masyarakat, namun diduga ada kaitannya dengan rencana kegiatan Pemilu Presiden 2019.

Ia berharap, baik dalam Pilkada 2018, ataupun Pemilu Presiden 2019, bisa berjalan dengan tertib dan lancar.

Sebelumnya polisi berhasil mengungkap kasus penyebaran konten hoaks dan ujaran kebencian kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang tergabung dalam grup jejaring sosial "WhatsApp" dengan nama "The Family MCA".

Dalam perkara tersebut, polisi menangkap sejumlah orang yang diduga terkait dengan penyebaran berita bohong.

Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, kelompok itu memang diduga sering menyebarkan isu provokatif di jejaring sosial, mulai dari isu kebangkitan PKI, penculikan ulama, dan pencemaran nama baik presiden hingga tokoh publik lainnya.

Selain ujaran kebencian, sindikat ini ditenggarai juga mengirimkan virus kepada kelompok atau orang yang dianggap musuh. Virus ini biasanya merusak perangkat elektronik penerima. Polisi juga masih mendalami kemungkinan-kemungkinan lain seperti dugaan adanya orderan, pemberi sumber dana, hingga otak pelaku di belakang MCA. (ant/yps)

Berita terkait