TAGAR.id, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kompak membantah bahwa telah bersepakat mengatur penentuan tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriah.
Bantahan itu untuk merespons sebuah unggahan di media sosial yang menuding perbedaan tanggal 1 Ramadan telah diatur. Postingan itu melampirkan video yang merekam kegiatan Muskercab PCNU Kabupaten Wonosobo yang disebut digelar 26 Maret.
Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menegaskan tidak ada keuntungan bagi pemerintah mengatur 1 Ramadan jatuh pada tanggal 2, 3, maupun 4 April sekalipun.
Hanya perbedaan metode saja jadi selama metode ini tidak sama pasti juga hasilnya akan berbeda kecuali kalau posisi hilalnya 3 derajat pasti sama.
"Apa kepentingan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk menentukan 1 Ramadan itu 3 April misalnya. Apa kepentingannya?" kata Kamaruddin saat dihubungi CNNIndonesia, Senin, 4 April 2022.
Kamaruddin menjelaskan penentuan 1 Ramadan dilakukan berdasarkan Sidang Isbat yang melibatkan ahli falak perwakilan semua organisasi masyarakat Islam. Seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam (Persis), dan lainnya.
Ia menjelaskan metode rukyah yang dilakukan di 101 lokasi di Indonesia pada Jumat, 1 April 2022, menunjukkan hilal tidak tampak. Hal ini karena ketinggian hilal di di bawah 3 derajat. Karena itu, orang dalam video tersebut mengatakan jika ada orang mengaku melihat hilal pada Jumat, 1 April 2022 maka ia berbohong.
- Baca Juga: Kemenag Hentikan Sementara Penerbangan Jamaah Umrah
- Baca Juga: Pemerintah Tetapkan 1 Ramadan 1443 H Hari Minggu 3 April 2022
"Jadi kalau di bawah, misalnya 2 derajat itu tidak bisa dilihat," kata Amin.
"Mengejutkan..!! Apa benar ini dilakukan @Kemenag_RI & NU ?Jika benar artinya ada kesepakatan utk membuat umat muslim tdk berpuasa 1 hari & membiarkan umat melakukan perbuatan haram di bulan Ramadhan, Krn sdh berencana menolak sumpah rukyat hilal dgn alasan sumpah palsu pic.twitter.com/4RxDg7UMnS," tulis Bang_Anung (@nung_306) April 3, 2022
Di sisi lain, Kamaruddin menjelaskan berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika ketinggian hilal hanya 2 derajat maka hilal tidak akan terlihat. Karena itu, pemerintah memutuskan 1 Ramadan jatuh pada Minggu, 3 April 2022.
Ia menegaskan dalam menentukan 1 Ramadan, pemerintah menggunakan metode hisab (hitung) dan rukyat (pemantauan). Sementara, Muhammadiyah menggunakan hisab dan berpedoman bahwa ketinggian hilal tidak harus 2 derajat.
"Hanya perbedaan metode saja. Jadi selama metode ini tidak sama pasti juga hasilnya akan berbeda. Kecuali kalau posisi hilalnya 3 derajat pasti sama," ujarnya.
Senada, Ketua Pengurus Tanfidziyah PBNU, Ahmad Fahrurrazi atau Gus Fahrur turut membantah tudingan telah melakukan setting atau mengatur agar penetapan tanggal 1Ramadan1443 Hijriah di antara pemeluk Islam berbeda.
Ia mengatakan PBNUhanya mengikuti rukyah. Tidak ada agenda setting untuk menciptakan perbedaan penetapan 1 Ramadan atau setting lainnya.
- Baca Juga: Hasil Seleksi Kompetensi Calon P3K Kemenag Segera Diumumkan
- Baca Juga: Kemenag Umumkan Ibadah Umrah Dibuka 8 Januari 2022
"Jadi PBNU itu tidak punya setting awal bulan ya, dia hanya mengikuti rukyah. Kalau disetting untuk melawan Muhammadiyah enggak, enggak ada kaitan dengan NU-Muhammadiyah," kata Gus Fahrur.
Seperti diketahui, viral narasi dalam video di media sosial seseorang mengatakan Kementerian Agama sudah sepakat dan didukung NU bahwa 1 Ramadan akan jatuh pada hari Minggu, 3 April 2022 dan puasa akan dijalankan selama 29 hari.
"Subhanallah, keblinger dan jahatnya. Ternyata perbedaan tanggal 1 Ramadan sepertinya memang sudah disetting lama. Entah maunya apa Muskercab 26 Maret DPC Wonosobo terungkap?" tulis narasi dalam video yang beredar. []