PBNU: Ahmad Dhani Tidak Paham Sejarah, Tidak Mengerti NU

Ahmad Dhani menuding NU dan PDIP bagian dari Nasakom. Ini pernyataan lengkap Ketua PBNU menanggapi tudingan Dhani tersebut.
Terdakwa kasus dugaan pencemaran nama baik Ahmad Dhani mengikuti sidang dakwaan di Pengadilan Negeri Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/2/2019). Dhani ditetapkan menjadi tersangka atas dugaan pencemaran nama baik dengan mengatakan "idiot" saat menghadiri deklarasi tagar 2019 Ganti Presiden di Surabaya dan dihadang sejumlah massa cinta NKRI. (Foto: Antara/Umarul Faruq)

Jakarta, (Tagar 8/2/2019) - Ketua PBNU Robikin Emhas angkat bicara menanggapi pernyataan Ahmad Dhani, yang menuding bahwa sejak dulu anak-anak Nahdlatul Ulama (NU) mendukung Nasakom bersama PKI. Bahkan Dhani menganggap, NU saat ini telah melebur dengan ideologi PDI Perjuangan yang tidak mempertentangkan Nasakom dengan Pancasila atau dalam kata lain mendukung gagasan komunis.

Munurut Robikin, pentolan Dewa 19 itu tidak paham sejarah dan tidak mengerti NU. Sebab, NU yang sebenarnya menjadi kekuatan politik yang justru membendung kekuatan komunis merajalela di Indonesia kala itu. Lebih lanjut ia mengimbuhkan, Ahmad Dhani hanya sekadar mengumbar statemen tanpa wawasan sejarah.

"Mencerminkan bahwa Ahmad Dhani tidak paham sejarah, tidak mengerti NU. Dia (Dhani) menarasikan seakan-akan ada Nadhlatul Ulama di barisan Nasakom ketika rezim Bung Karno berkuasa. Dianggapnya NU mendukung gagasan komunis. Perlu dicatat bahwa masuknya NU justru memastikan agar Islam tidak terancam oleh komunis. NU di situ justru menjadi bundle kekuatan politik, agar komunis tidak merajalela. Silahkan baca buku sejarah itu jelas ada," urainya.

Baca juga: Ahmad Dhani Sebut NU dan PDIP Bagian dari Nasakom

Diketahui, Ahmad Dhani berbicara soal Nasakom pada suatu kesempatan ketika ia mendeklarasikan dukungannya terhadap capres-cawapres nomor urut 02 di salah satu pondok pesantren di Jawa Barat pada 24 Januari 2019.

Selanjutnya, kata Robikin, dalam konteks ini tahanan ujaran kebencian itu justru mendiskreditkan pihak lain, dengan berimajinasi dan membangun ilusi non fakta yang lagi-lagi dapat menyesatkan umat.

"Sama sekali tidak bisa dibenarkan pernyataan yang menyatakan bahwa kalau Jokowi menang, sementara pendukungnya adalah kelompok yang disebut oleh dia berada di barisan Nasakom, maka akan ada Nasakom baru yang di dalamnya termasuk PDIP dan NU. Ini jelas pernyataan yang sangat menyesatkan," paparnya.

Ia menegaskan bahwa perlu diketahui NU memiliki dua tanggung jawab yang diamanatkan oleh pendiri NU terdahulu. Pertama, tanggung jawab keagamaan. Kedua, tanggung jawab kebangsaan.

"Tanggung jawab keagamaannya yaitu mengamalkan, menyebarluaskan, mendakwahkan Islam seperti  yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW," jelasnya.

"Nabi Muhammad justru membentuk umat yang moderat, yang modern, yang maju, yang beradab dan tentu toleran, itu cinta namanya. Kedua, mandat kebangsaannya adalah untuk memastikan Indonesia yang turut dilahirkan berbagai kekuatan masyarakat, tetap tegak berdiri. Indonesia tetap tegak berdiri dengan Pancasila dengan UUD 45, dengan NKRI dan Kebhinekaannya," papar Robikin.

Menurut dia, tudingan Dhani sangat menyesatkan bila memersepsikan Jokowi menang, maka Nasakom baru akan hidup kembali.

"Silakan berkampanye, silakan berkompetisi dalam elektrolal 5 tahunan ini, tetapi jangan menyebar hoaks, jangan menebar kebencian, dan jangan menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Silakan berlomba untuk mencari kebaikan dengan cara yang baik," tandasnya. 

Ketika Ahmad Dhani Dimusuhi FPI

Ahmad Dhani seorang musisi yang kemudian jadi politikus. Sebelum merapat ke Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto, Ahmad Dhani pernah bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan Abdurrahman Wahid Gus Dur ulama NU. 

Jauh sebelum itu, Ahmad Dhani pernah dimusuhi Front Pembela Islam (FPI). Bermula dari peluncuran album musik Dewa 19 berjudul Laskar Cinta (2004). Logo band Dewa 19 yang tersemat dalam cover album tersebut diperkarakan FPI karena bentuknya menyerupai kaligrafi nama Allah. FPI menilai tidak pantas dan dianggap memain-mainkan simbol agama.

Ketua FPI Rizieq Shihab juga melaporkan band yang saat itu digawangi Ahmad Dhani (keyboard, vokal), Once (vokal), Andra (gitar), Yuke (bass) dan Tyo Nugros (drum) itu, dengan tuduhan penistaan agama. Dhani dan kawan-kawan, terekam menginjak-injak karpet merah dengan logo yang mirip kaligrafi Allah tadi, dalam sebuah program musik di salah satu stasiun televisi swasta.

Meski akhirnya berujung damai, drama perseteruan antara Ahmad Dhani dan FPI sempat berlangsung panas. Tuduhan FPI ditanggapi keras oleh Ahmad Dhani, mantan suami Maia Estianti itu kemudian meminta perlindungan Banser dan NU. Dhani diterima baik oleh Gus Dur saat itu.

"Tegas saja saya bilang, Ahmad Dhani itu adalah Gusdurian yang durhaka, yang mengkhianati perjuangan Gus Dur," ucap politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli, lewat video yang ia unggah di kanal berbagi video YouTube miliknya, pada Rabu (30/1).

Kini setelah bergabung dengan Partai Gerindra, Ahmad Dhani bersahabat dengan FPI dan memusuhi NU.

Baca selengkapnya di: Ahmad Dhani, Gusdurian yang Durhaka. []

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.