Paus Fransiskus Minta Maaf Atas Kekerasan Gereja Katolik Kanada

Paus Fransiskus mohon pengampunan kepada penduduk asli Kanada atas praktik kekerasan terhadap anak-anak di sekolah-sekolah Katolik di abad ke-19
Paus Fransiskus bersama pemimpin penduduk asli Kanada di Vatikan, 31 Maret 2022 (Foto: dw.com/id)

Vatikan - Sri Paus (Paus Fransiskus) mohon pengampunan kepada penduduk asli Kanada atas praktik kekerasan terhadap anak-anak di sekolah-sekolah Katolik di abad ke-19. Kebijakan gereja diniatkan untuk memaksa anak-anak menanggalkan kebudayaan leluhurnya.

Paus Fransiskus menyampaikan permohonan maaf dalam sebuah pertemuan dengan delegasi dari berbagai komunitas penduduk asli Kanada di Vatikan, Italia, Kamis, 31 Maret 2022. Dalam kesempatan itu, dia menyetujui tuntutan pemimpin bangsa Indian, Inuit dan Metis untuk meminta pengampunan secara langsung di Kanada.

"Untuk itu, Sri Paus dijadwalkan berkunjung ke Kanada pada Juli mendatang", tutur seorang sumber Reuters di Vatikan.

"Atas perilaku keji anggota Gereja Katolik, saya memohon pengampunan dari Tuhan dan saya ingin memberitahu Anda dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa saya merasakan sakit,” kata Paus. "Saya bergabung dengan saudara saya, uskup-uskup di Kanada untuk meminta maaf,” imbuhnya.

Antara 1831 hingga 1996, sebanyak 150.000 anak-anak penduduk asli diambil paksa dari rumahnya dan hidup di asrama milik sekolah. Dalam dokumen gereja, tujuan pendirian sekolah tersebut adalah untuk memaksakan asimilasi terhadap penduduk asli.

Sekolah-sekolah ini milik negara, namun dijalankan oleh Gereja Katolik atas seizin pemerintah Kanada. Pada 2016, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menyebut kebijakan gereja sebagai "genosida kebudayaan."

Skandal ini kembali memicu protes pada tahun lalu setelah ditemukannya 215 jenazah anak-anak di sebuah halaman sekolah di Provinsi British Columbia, Kanada. Sekolah itu sudah ditutup sejak 1978 silam.

warga kanada asli di vatikanPerwakilan penduduk asli Kanada di Vatikan, 31 Maret 2022 (Foto: dw.com/id)

Repatriasi dan ganti rugi

Permintaan maaf secara resmi oleh Sri Paus akan memicu proses hukum untuk menghitung ganti rugi yang harus ditanggung gereja. "Kita sebaiknya segera duduk bersama dengan petinggi gereja untuk merundingkan repatriasi,” kata Phil Fontaine, tokoh Sagkeeng First Nation.

Fontaine termasuk bagian dari delegasi yang mengunjungi PausFransiskus di Vatikan. Di sana, mereka antara lain menuntut Vatikan agar mengembalikan semua benda sejarah milik penduduk asli yang kini disimpan oleh gereja.

Artefak-artefak tersebut berasal dari koleksi Paus Piux IX yang pada 1925 mengumpulkan lebih dari 100.000 benda sejarah. Kebanyakan dikirimkan oleh para misionaris Katolik di seluruh dunia. Tidak jelas berapa artefak milik penduduk asli Kanada yang masih disimpan oleh Vatikan.

Hampir separuh koleksi Paus Pius IX dipindahkan untuk mengisi Museum Etnologi Misionaris di Roma, sebelum kemudian disimpan di Museum Vatikan sejak 1970-an.

"Ada banyak museum di seluruh dunia yang menyimpan artefak asli dari Kanada, jadi tema ini ikut dibahas dengan beragam yurisdisksi,” kata Fontaine. Menurutnya, Vatikan harus mau membantu menyelidiki apakah artefak yang disimpan merupakan hadiah atau diambil paksa.

"Hal ini tidak semata terjadi pada Gereja Katolik, tapi hal ini tidak menghalangi otoritas tertinggi gereja untuk memulai pembahasan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana memulangkan artefak-artefak ini ke Kanada.” [rzn/as (ap,afp)]/dw.com/id. []

Ditemukan 215 Kerangka Anak-anak Penduduk Asli di Kanada

Paus Tidak Meminta Maaf Seperti Permintaan PM Kanada

PM Kanada Kecam Perusakan Gereja dan Patung Bersejarah

Terus Fitnah Muslim, Kandidat Walikota di Kanada Dipenjara

Berita terkait
Ditemukan 215 Kerangka Anak-anak Penduduk Asli di Kanada
PM Kanada sebut penemuan lebih dari 200 kerangka anak-anak yang dikubur di bekas sekolah asrama penduduk asli bukan insiden terpisah