Pasien Positif Covid-19 dan Risikonya Terkena DBD

Meningkatnya kasus Covid-19 dan risikonya terkena demam berdarah dengue (DBD).
Sejumlah anak mendapat perawatan medis akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Antara/Kornelis Kaha)

Jakarta - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional dr Reisa Broto Asmoro mengatakan meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) dan kasus Covid-19 di suatu wilayah memungkinkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 juga berisiko terinfeksi DBD.

Dokter Reisa mengatakan, menurut laporan Kementerian Kesehatan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-27 jumlah kasus DBD lebih dari 70 ribu di 34 provinsi dan 465 kabupaten atau kota dengan hampir 500 kematian

"Gejala DBD tidak langsung muncul, tapi memerlukan waktu 4-10 hari setelah digigit nyamuk dengue," kata dokter Reisa melalui keterangannya.

FoggingPetugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan Pondok Jaya, Cipayung, Depok, Jabar, Minggu 5 April 2020. Kegiatan tersebut guna memberantas nyamuk Aedes aegypti sekaligus mencegah wabah DBD. (Foto: Antara/Andika Wahyu)


Ia melanjutkan, wilayah dengan banyak kasus DBD juga merupakan wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi, seperti Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan.

Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19 angka kasus DBD harus ditekan, masyarakat harus bergerak membasmi nyamuk dan sarang nyamuk paling tidak mulai dari rumah masing-masing.

Gejala DBD tidak langsung muncul.

Dokter Reisa mengatakan ada sejumlah gejala yang harus diwaspadai bila seseorang diindikasikan terjangkit DBD.

"Gejala paling umum adalah demam tinggi hingga 40 derajat celsius disertai tubuh menggigil berkeringat, sakit kepala, nyeri tulang, mual, muncul bintik merah-merah di kulit hingga perdarahan pada hidung dan gusi," ujarnya.

DBD TegalSeorang dokter memeriksa seorang anak yang menderita DBD di Rumah Sakit Mitra Siaga, Kabupaten Tegal, beberapa waktu lalu. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)


Ia mengungkapkan, DBD bisa berkembang jadi kondisi berat dan gawat, disebut dengan dengue shock syndrome. Gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam jadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung.

Dokter Reisa mengatakan sampai saat ini belum ada obat untuk DBD. Pemberian obat untuk pasien DBD hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya seperti demam dan mencegah komplikasi.

Nyamuk dengue diketahui senang bersarang di genangan air, atau pakaian yang bergantungan. 3M plus jadi salah satu cara membasmi keberadaan nyamuk dan sarang nyamuk, yakni dengan menguras penampungan air, menutup wadah penampungan air, dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas agar tidak jadi sarang nyamuk.

Berita terkait
Bahaya Serangan Penyakit DBD di Tengah Pandemi Corona
Bahaya serangan demam berdarah di tengah pandemi Corona harus tetap menjadi perhatian semua masyarakat. Ini karena DBD juga bisa mengancam nyawa.
Kasus DBD di Kabupaten Tegal Naik di Tengah Pandemi
Di masa pandemi, tak hanya kasus Covid-19 yang meningkat. Kasus DBD juga menunjukkan grafik peningkatan, termasuk yang meninggal dunia.
Tak Hanya Covid-19, Dinkes Situbondo Waspada DBD
Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo mencatat sudah 75 orang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi demam berdarah dengue.