Partai Angela Merkel Kalah Dalam Pemilu Jerman

Hasil sementara pemilu legislatif Jerman menunjukkan partai berhaluan kiri-tengah, Sosial Demokrat, meraih suara tertinggi dalam pemilu
Olaf Scholz, pemimpin Partai Sosial Demokrat, berbicara kepada para pendukungnya usai kemenangan partainya dalam pemilu, di Berlin, Jerman, 26 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Hasil sementara pemilu legislatif Jerman menunjukkan partai berhaluan kiri-tengah, Sosial Demokrat, meraih suara tertinggi dalam pemilu yang akan menentukan masa depan Jerman, setelah Kanselir Angela Merkel menyudahi kepemimpinannya setelah berkuasa selama 16 tahun.

Jerman telah memulai upaya pembentukan pemerintahan baru, yang bisa jadi membutuhkan waktu yang lama, setelah partai berhaluan kiri-tengah, Sosial Demokrat, menang tipis atas blok partai berhaluan kanan-tengah Kanselir Angela Merkel, Persatuan Demokrasi Kriten alias CDU (Christian Democratic Union), dalam pemilu legislatif yang gagal menentukan dengan jelas arah masa depan ekonomi terbesar Eropa itu di bawah pemimpin yang baru.

Partai Sosial Demokrat mendapatkan 25,7% suara pada hari Minggu, 26 September 2021, disusul blok partai Merkel dengan 24,1% suara.

Hasil tersebut menandai bangkitnya Partai Sosial Demokrat, yang pada pemilu 2017 hanya memperoleh 20,5% suara dan sempat tergelincir lebih jauh dalam beberapa tahun terakhir.

Wakil Kanselir Jerman Olaf Scholz, pemimpin Partai Sosial Demokrat sekaligus calon kanselir, mengatakan kepada para pendukungnya yang bersorak sorai pada malam setelah pemungutan suara, 27 September 2021, bahwa hasil pemilu menunjukkan banyak masyarakat yang menginginkan “perubahan pemerintahan.”

“Partai Sosial Demokrat mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat dan itu adalah sebuah mandat untuk menjamin bahwa semua yang telah dibicarakan selama kampanye pemilu ini akan diimplementasikan dan bahwa kita akan memperjuangkannya sekuat tenaga,” janjinya.

Scholz dan Gubernur Armin Laschet, yang juga ketua blok partai CDU, sama-sama mengincar posisi kanselir Jerman ketika Merkel mundur setelah memimpin ekonomi terbesar Eropa itu selama 16 tahun.

Keduanya juga berniat mendekati partai-partai yang lebih kecil untuk membentuk koalisi pemerintahan yang baru sebelum akhir tahun.

Scholz menargetkan kesepakatan pembentukan pemerintahan koalisi dengan Partai Hijau (the Greens) dan Partai Free Democrats (FDP) sebelum Natal.

Demikian juga dengan Laschet, meski partainya menduduki posisi kedua. Laschet mengatakan, “Mereka yang berada di posisi kedua tidak berhak membuat keputusan, tetapi kita berada pada situasi, di mana partai yang satu mendapat 25% suara, sementara satunya lagi mendapat 24%, dan kedua partai lain yang lebih kecil juga telah mengatakan, (hal itu) tidak lantas membuat partai manapun yang mendapat suara lebih besar berhak mengatakan pihak mana yang akan mereka ajak berbicara. Partai Free Democrats dan Partai Hijau kemarin memastikan bahwa mereka ingin berbicara dengan satu sama lain terlebih dahulu, yang menurut saya tidak apa-apa.”

Gubernur Armin LaschetGubernur Armin Laschet, pemimpin partai CDU, berbicara kepada pendukungnya didampingi Angela Merkel (kiri) (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Partai Hijau yang mengusung isu lingkungan berada di urutan ke-tiga dengan 14,8%, sementara partai pro-pengusaha, FDP, finis di posisi ke-empat dengan 11,5%.

Sementara itu, masyarakat Jerman mengucapkan selamat tinggal kepada Kanselir Angela Merkel, kanselir perempuan pertama Jerman dan kanselir pertama yang sebelumnya dibesarkan di wilayah bekas Jerman Timur.

Dengan tekad dan sikapnya yang pragmatis, pendukungnya menyebut Merkel telah menyelamatkan Jerman dari berbagai krisis dan menciptakan stabilitas bagi Eropa dan dunia Barat.

Merkel memimpin Jerman melalui krisis finansial dunia tahun 2008, invasi Rusia ke Ukraina tahun 2014, krisis pengungsi tahun 2015, hingga ketegangan hubungan transatlantik setelah pengumuman Brexit dan pelantikan Presiden AS Donald Trump tahun 2016.

Nico Friedl, koresponden parlemen untuk salah satu harian terbesar Jerman, Süddeutsche Zeitung, menuturkan, “Merkel dikenal sebagai ‘kanselir krisis’ karena ia harus mengatasi beberapa krisis global selama masa jabatannya. Tidak hanya untuk Jerman, tetapi juga di dalam Uni Eropa, dengan mitra transatlantik serta Tiongkok dan Rusia.”

Merkel akan tetap menjabat sebagai pemimpin Jerman, dalam basis pengurus, hingga kanselir baru terpilih (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Partisipasi Orang Miskin Rendah di Pemilu Jerman

Pemilu di Jerman Dua Suara Pemilih dan Ambang Batas 5%

Sumber Dana Partai Politik di Jerman

Warga Jerman Ingin Kontinuitas Politik Bukan Perubahan Radikal

Berita terkait
Partisipasi Orang Miskin Rendah di Pemilu Jerman
Tingkat partipasi pemilih yang rendah untuk ambil bagian dalam pemilu parlemen Bundestag jadi tantangan di daerah-daerah pemilihan
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.