Parenting: Seribu Hari Pertama Kehidupan Anak, Ini yang Harus Dilakukan

Seribu hari pertama kehidupan anak, ini yang harus dilakukan orangtua agar anak tumbuh kembang sempurna, terhindar dari stunting.
Sosialisasi '1000 hari pertama kehidupan anak' di Aula Bupati Lombok Barat, Rabu (24/10/2018). (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Lombok Barat, (Tagar 25/10/2018) - Pemenuhan gizi pada usia 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi langkah awal mencetak anak bangsa yang sehat dan cerdas. Saat usia 24 bulan, ada 8 fase yang tak boleh dilewatkan orangtua dalam mendidik anaknya.

Hal tersebut dikatakan Ketua Tim Pengerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Lombok Barat Hj Khairatun Fauzan Khalid dalam sosialisasi digelar TP-PKK bersama Dinas Kesehatan di Aula Bupati Lombok Barat, Rabu (24/10).

Hadir sebagai narasumber dalam sosilasiasi tersebut H M Abdullah, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Lombok Barat.

Sosialisasi diikuti para kader se-Lombok Barat itu bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya yang bersinggungan di desa untuk lebih mengenal pentingnya 1000 hari pertama kehidupan.

"1000 Hari Pertama Kehidupan tidak selalu tentang akademik. Hal itu juga bisa dilihat dari pengetahuan akan kesehatan. Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan di masyarakat bisa berakibat pada terganggunya tumbuh kembang anak. Contohnya stunting sebagai akibat dari rendahnya pengetahuan tentang kesehatan khususnya pada 1000 hari pertama kehidupan," jelas Khairatun.

Dalam kesempatan itu Khairatun mengajak para kader yang hadir agar memperhatikan 1000 hari pertama kehidupan anak. Khairatun juga berpesan kepada para kader untuk selalu memantau perkembangan anak hingga usia 6 tahun. Menurutnya, usia tersebut merupakan usia emas bagi seseorang.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau dalam 1000 hari pertama kehidupan. Namun, stunting sendiri baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, dan penurunan produktivitas.

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Prevalensi stunting di Indonesia masuk dalam kelompok tinggi, bersama negara-negara Afrika dan Asia Selatan.

Menurut data Riskesdas 2013 Kemenkes RI, ada sekitar 37 persen atau kurang lebih 9 juta anak balita di Indonesia mengalami masalah stunting. Di NTB sendiri mencapai sekitar 150 ribu anak. Sedangkan dari 65 ribu balita di Lombok Barat, sebanyak 32 persen mengalami stunting.

Sementara itu, H M Abdullah, Kabid Kesehatan Masyarakat Dikes Lombok Barat, mengatakan angka jumlah stunting tersebut merupakan angka yang serius. Namun progres penurunan angka stunting di Lombok Barat dinilai sangat baik oleh pemerintah pusat.

"Tahun 2017 lalu Pemerintah Pusat menetapkan empat daerah termasuk Lombok Barat untuk dijadikan percontohan penurunan angka stunting," jelasnya.

Ditunjuknya keempat wilayah tersebut karena pemerintah pusat menganggap komitmen dari kepala daerahnya dinilai sangat baik dalam menghadapi stunting.

Tahun 2016 Lombok Barat telah mampu menurunkan angka stunting sebanyak 16 poin yakni dari 49 persen menjadi 32 persen. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.