Pandemi Covid-19 Munculkan Gelombang Baru Sentimen Antiimigran

Menandai Hari Migran Internasional, PBB melaporkan permusuhan dan xenophobia terhadap para migran semakin berkembang
Para migran menerima pembagian pakaian hangat ketika musim dingin mulai melanda kota Grodno, Belarus dekat perbatasan Polandia, 28 November 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Menandai Hari Migran Internasional, PBB melaporkan permusuhan dan xenophobia terhadap para migran semakin berkembang. PBB memperingatkan semakin berkembangnya stigmatisasi dan marjinalisasi migran di tengah pandemi yang mengancam banyak jiwa.

Badan-badan PBB melaporkan sepertujuh penduduk dunia, atau satu miliar orang, sedang berpindah-pindah. Jumlah 281 juta ini termasuk dalam rekor migran internasional, dengan 84 juta orang terpaksa mengungsi akibat konflik, kekerasan, dan perubahan iklim.

Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Antonio Vitorino, mengatakan banyak migran melakukan perjalanan yang berbahaya dan mengancam jiwa untuk mencari peluang ekonomi yang lebih baik, sementara lainnya terpaksa meninggalkan rumah karena bencana alam dan buatan manusia.

dirjen iomDirjen Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Antonio Vitorino (Foto: voaindonesia.com)

Antonio mengatakan banyak dari mereka yang rentan itu jatuh ke tangan para penyelundup manusia yang tidak bermoral dan beroperasi di sepanjang rute migrasi di seluruh dunia. Ia menambahkan Covid-19 memperburuk kesulitan yang dihadapi para migran.

“Di luar gambaran perbatasan yang tertutup, keluarga yang terpisah, dan ketidakstabilan ekonomi, pandemi global yang berlangsung dua tahun itu kini melahirkan gelombang baru sentimen anti-migran dan meningkatnya instrumentalisasi migran sebagai alat dalam kebijakan negara. Keduanya tidak dapat diterima,” tandasnya.

Alih-alih dari menjadi sebuah beban, Antonio justru menggarisbawahi kontribusi tak ternilai yang diberikan para migran di seluruh dunia. Ia mengatakan pekerja migran—perawat, pekerja kesehatan—telah menyelamatkan jutaan orang dari Covid-19. Ia juga menjelaskan pengiriman uang oleh sejumlah migran itu membantu kehidupan keluarga yang menderita kemiskinan akibat pandemi.

“Dampak sosial dan ekonomi yang positif di negara-negara mereka tinggal. Tahun lalu, pengiriman uang sekitar 540 miliar dolar AS kepada masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah merupakan ukuran bagi sejumlah industri, kewirausahaan, dan komunitas yang bermanfaat bagi kita semua," tambah Antonio.

Antonio mencatat kebanyakan pemerintah tetap tidak mengikutsertakan para migran dalam rencana pemulihan sosial dan ekonomi pandemi karena status hukum mereka.

Organisasi-organisasi PBB dan internasional mengimbau pemerintah untuk memberi para migran akses ke vaksin Covid-19 yang menyelamatkan jiwa. Kalau hal itu tidak dilakukan, maka itu merupakan ancaman bagi kesehatan semua orang (mg/jm)/voaindonesia.com. []

Covid-19 Dorong Xenophobia dengan Kebencian Rasial

Jokowi: Umat Islam Hindari Syiar Kebencian di Tengah Pandemi

Presiden Biden Sebut Kebencian Tidak Punya Tempat di Amerika

3.800 Laporan Pengaduan Kebencian Terkait Warga Asia-Amerika

Berita terkait
Covid-19 Dorong Xenophobia dengan Kebencian Rasial
Mengait-ngaitkan pandemi virus corona (Covid-19) dengan negara, bangsa, agama dan ras menyuburkan mitos, kebencian dan rasialisme
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.