Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, terus berupaya menjaga produksi berasnya meski di masa pandemi Covid-19. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat menyebutkan, sepanjang tahun ini hingga Juni, Banyuwangi panen 353. 356 ton padi atau setara 226.858,71 ton beras dengan luasan panen 54.216 hektare.
Dengan konsumsi penduduk hanya 100.027,17 ton, per Juni 2020 Banyuwangi surplus beras 126.831 ton. "Alhamdulilah produksi beras di Banyuwangi tetap terjaga dan surplus di masa pandemi Covid-19," kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Rabu, 15 Juli 2020.
Pada bulan Juli ini, Banyuwangi juga akan panen padi di lahan 13.565 hektare. Diproyeksi menghasilkan 88.755 ton gabah atau setara sekitar 55.975 ton beras.
”Dinas Pertanian akan mengawal dengan penerapan protokol kesehatan, sehingga kegiatan pertanian berjalan baik, dan di sisi lain kami sama-sama berupaya agar warga tetap aman dari Covid-19,” ujar dia.
Bupati menambahkan pemerintahnya akan terus menjaga produksi padi di Banyuwangi sekitar 830.000 ton selama setahun untuk memenuhi kebutuhan pangan warga. "Tentu surplusnya dijual ke luar daerah,” kata Anas.
Alhamdulilah produksi beras di Banyuwangi tetap terjaga dan surplus di masa pandemi Covid-19.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Arief Setiawan menyatakan panen yang optimal selama pandemi tidak terlepas dari upaya mendorong percepatan masa tanam dengan memanfaatkan sisa musim penghujan beberapa waktu lalu.
”Beberapa waktu lalu memang ada arahan Presiden Jokowi dan Gubernur Jatim untuk percepatan masa tanam, sehingga langsung kami koordinasikan. Ini penting untuk memastikan ketahanan pangan di masa pandemi,” ujarnya.
Selain percepatan masa tanam, langkah yang dilakukan adalah memastikan ketersediaan air mengingat sudah memasuki musim kemarau. Tempat-tempat penyimpanan air hujan, mulai waduk hingga embung, dicek.
”Insya Allah ke depan produksi padi terus berjalan dengan air yang memadai. Demikian pula komoditas pertanian lainnya. Kami terus koordinasi dengan Dinas Pengairan,” kata dia.
Arief mendorong petani mengoptimalkan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk menggenjot produksi. Secara berkelanjutan, kelompok tani mendapat bantuan alsintan, baik dari pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten.
Dia mencontohkan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surangganti dari Desa Gladag, Rogojampi. ”Mereka tak hanya memanfaatkan alsintan, tapi juga membentuk Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Tani Makmur yang berdampak ekonomis,” ucap dia.
Manajer UPJA Tani Makmur Heru Rusiyanto menuturkan pihaknya mendapat hibah alsintan dari Kementerian Pertanian, berupa combine harvester 1 unit dan rice transplanter 3 unit, dan handtraktor 1 unit.
”Dengan memanfaatkan alsintan, petani menghemat waktu dan uang. Misalnya, dengan combine harvester ada selisih Rp 400 ribu per bahu (0,7 ha) yang bisa kami hemat,” ujarnya. []
Baca juga:
- Protokol Penjualan Hewan Kurban di Banyuwangi
- Penyebab 9 Toko dan Restoran di Banyuwangi Ditutup
- Pembatasan Pengunjung Kawah Gunung Ijen Banyuwangi