Jakarta- Pakar Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati, menanggapi mengenai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan yang meminta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk manis seperti BJ Habibie.
Menurut Wasito, pernyataan tersebut menunjukan adanya hubungan yang tidak harmonis antara presiden dan penerusnya. Hal ini sudah umum terjadi di Indonesia, yang dapat mencerminkan sikap seseorang. Wasito juga melihat adanya egosentrisme kekuasaan di Indonesia.
Kalau di Amerika terdapat presidensial klub yang membentuk perkumpulan presiden dan penerusnya yang bersifat membantu memberi saran kepada presiden sekarang.
Wasisto Raharjo Jati saat diwawancarai Cory Olivia di kanal YouTube Tagar Tv. (Foto: Tagar/ Azzahrah)
Sementara Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakan, bahwa pertanyaan Luhut bukan untuk membandingkan namun hanya untuk menggenang mantan presiden BJ Habibie.
Sikap presiden dari masa kemasa tentunya berbeda, dilihat dari pendahulu memang sudah terjadi adanya hubungan kurang harmonis dari presiden dan penerusnya, seperti sosok SBY mewakili adanya kekuatan militer dalam aktor politik di Indonesia.
Kesenjangan antara presiden dan penerusnya menunjukan faksi dari ideologi politik indonesia yang belum sepenuhnya terkontrolisasi.
“Kalau di Amerika terdapat presidensial klub yang membentuk perkumpulan presiden dan penerusnya yang bersifat membantu memberi saran kepada presiden sekarang," ujar Wasisto saat di wawancarai Tagar TV, Sabtu, 31 Juli 2021.
Wasisto Raharjo Jati berharap Indonesia dapat mencontoh Presiden Club agar tidak ada kesenjangan hubungan antara presiden dan penerusnya.
(Azzahrah Dzakiyah Nur Azizah)