PA 212: Tengku Zul Justru Sampaikan Kemajemukan

PA 212 sebut ceramah Tengku Zulkarnain tidak ada muatan rasis, malah membawa nilai kemajemukan suku di Indonesia.
Tengku Zulkarnain. (Foto: Netral News)

Jakarta - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin menilai ceramah Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain yang dianggap rasis justru membawa pesan kemajemukan suku di Indonesia.

"Ceramah yang biasa, membawa aneka ragam kemajemukan suku yang ada di Indonesia dengan segala perbedaan dan segala seluk-beluknya. Itu umum-umum saja," ujar Novel ketika dihubungi Tagar, Selasa, 28 Juli 2020.

Di antaranya Sujiwo Tejo dan Mustofa Nahrawardana, tidak ada mereka merasa terhina. Belum lagi orang-orang Jawa yang lain.

Baca juga: EWI Menilai Ceramah Tengku Zul Memenuhi Unsur Pidana

Oleh karena itu, Novel tak melihat adanya unsur penghinaan ras dalam video ceramah Tengku Zul yang telah dilihatnya itu. Dia menyebut beberapa tokoh yang dikenalnya tidak merasa terhina meskipun berasal dari suku Jawa.

"Di antaranya Sujiwo Tejo dan Mustofa Nahrawardana, tidak ada mereka merasa terhina. Belum lagi orang-orang Jawa yang lain. Bahkan keluarga saya dari pihak Ibu orang-orang Jawa dan juga istri-istri saya orang Jawa asli juga tidak merasa tersinggung," ucap dia.

Tak hanya itu, Novel menilai beberapa orang Jawa yang dikenalnya justru merasa terhibur dengan ceramah Tengku Zul.

Hal sebaliknya disampaikan Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro yang meminta Kepolisian Republik Indonesia (Polri) segera bertindak tegas terkait ceramah ustadz Tengku Zulkarnain yang dinilai bernuansa provokasi dan menyindir suku Jawa tersebut.

Norman menegaskan, ceramah Tengku Zul sudah mendapat reaksi keras dari suku Jawa. Lantas, dia meminta polisi segera melakukan tindakan tegas tanpa menunggu laporan dari masyarakat.

"Ceramah kali ini mendapat reaksi keras dari suku Jawa sebaiknya polisi reaktif dan tanggap terhadap orang ini yang mengaku ustadz. Polisi harus bertindak tanpa harus menunggu pengaduan dari masyarakat," ucap Norman saat dihubungi Tagar, Minggu, 26 Juli 2020.

Baca juga: Ceramah Tengku Zul Dapat Reaksi Keras dari Suku Jawa

Sebelumnya, beredar sebuah video Tengku Zul tengah menyampaikan materi dakwah yang menyinggung soal Jawa, Solo, dan Sumatera. Dia menuturkan ustadz yang berasal dari Solo memiliki ciri khas nada yang halus, pelan.

"Biarkan kami ustadz-ustadz Sumatera dengan gaya Sumatera, betul? Jangan di Solo kami gaya Solo. Biarlah dia dengan gaya Solo-nya. Iya kan. Aku dengan gaya Medanku. Tak senang kau, kita selesaikan di luar," katanya diikuti suara tertawa dari para jemaah yang hadir.

Tengku Zul juga berbicara mengenai prinsip orang Sumatera dengan menyebut 'kerisnya di depan'. Kemudian, katanya, 'lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai'. 

Selain itu, dia juga menyebut orang Jawa yang punya prinsip lain dengan mencoba menirukan gaya bicara mereka yang lebih halus atau lambat. 

"Kalau Jawa lain. Kue arep tak pateni," kata Tengku Zul sambil menirukan gaya bicara orang Jawa. []

Berita terkait
Novel Bamukmin Sebut Gerakan HTI Santun, PDIP Radikal
Ketua Persaudaraan Alumni atau PA 212 Novel Bamukmin berpendapat, Hizbut Tahrir Indonesia HTI merupakan gerakan dakwah santun, PDIP radikal anarkis
Tengku Zulkarnain Ditantang Main Keris dalam Sarung
Seorang warganet di Twitter bernama Eddy Santry @EDDYSANTRI menantang Tengku Zulkarnain untuk beradu keris di dalam sarung.
Ferdinand: Tengku Zul Coreng Wajah Orang Sumatera
Politisi Partai Demokrat menegaskan bahwa pernyataan Tengku Zulkarnain telah mencoreng nama baik orang Sumatera, termasuk Sumatera Utara.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.