Ormas Garbi Jadi Partai, Susul NasDem dan Perindo?

Ormas Garbi bentukan eks kader PKS Fahri Hamzah bakal menyusul dua ormas jadi partai, yakni Partai NasDem dan Perindo?
Logo Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi). (Foto: Garbi)

Jakarta - Organisasi masyarakat (Ormas) Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) disinyalir bakal bermetamorfosis menjadi partai politik. Ormas bentukan petinggi eks kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah itu bakal menyusul dua ormas lain yang telah berubah bentuk menjadi parpol, yakni Partai NasDem dan Perindo.

Diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara pada tanggal 26 Juli 2011, Partai NasDem lahir dari organisasi bernama sama yaitu Nasional Demokrat. Mulanya, ormas digagas oleh Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengkubuwono X demi memantik perubahan di Indonesia.

Sebanyak 45 tokoh nasional, medeklarasikan berdirinya organisasi ini di Istora Senayan, Jakarta pada 1 Februari 2010. Ketika itu, puncak acara ditutup dengan pidato menggelegar dari Surya Paloh.

Berlandaskan tiga hal, yaitu politik solidaritas; ekonomi emansipatif dan partisipatif; serta budaya gotong-royong, ormas Nasional Demokrat percaya diri  memboyong ide perubahan bertajuk Gerakan Restorasi. Gerakan ini kemudian mendulang dukungan dari berbagai daerah di Indonesia, ditandai dengan maraknya deklarasi di hampir seluruh pelosok nusantara.

Pada perjalanannya, ormas Nasional Demokrat yang telah memiliki perwakilan di hampir seluruh daerah di Indonesia, berevolusi menjadi partai politik dan mendaftarkan diri menjadi peserta pemilihan umum (Pemilu) 2014. Januari 2013, Partai NasDem melenggang sebagai satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi administrasi dan faktual Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat itu.

Di bulan yang sama pula, melalui kongres perdananya, Surya Paloh terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai NasDem. Setelah berubah bentuk menjadi partai politik, sejumlah inisiator ormas Nasional Demokrat satu persatu mengundurkan diri, termasuk Sri Sultan Hamengkubuwono X yang ogah masuk ke ranah politik praktis.

NasdemBendera Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dalam kampanye Pemilu 2019. (Foto: Facebook/DPP Nasdem)

Berlaga di Pemilu 2014, partai dengan dominasi warna biru ini mendapat perolehan suara cukup besar. Partai NasDem bertengger di urutan ke-8 pemilik suara terbanyak, dengan jumlah total pendapatan suara hingga 6,72 persen dan berhasil merebut 35 kursi di parlemen.

Sederet kader partai kemudian ditarik oleh Presiden Terpilih 2014 Joko Widodo (Jokowi), untuk menjabat diberbagai posisi strategis di pemerintahan, termasuk sebagai menteri Kabinet Indonesia Kerja.

Kesuksesan serupa, membuntuti hingga Pemilu 2019. Partai NasDem yang setia mengusung Jokowi sebagai calon presiden sejak pemilihan presiden (Pilpres) 2014, melompat sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak ke-5, dengan raihan jumlah total suara lebih dari 8,4 persen.

Beda dengan NasDem, meski sama-sama bermula dari organisasi masyarakat, Partai Persatuan Indonesia atau yang biasa dikenal dengan sebutan Partai Perindo, bernasib lebih tidak beruntung.

Partai besutan pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini dideklarasikan pada 7 Februari 2015, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta. Awalnya Perindo adalah ormas yang baru dideklarasikan pada 24 Februari 2013.

Ormas Perindo waktu itu memiliki manifesto politik antara lain, menolak demokrasi oligarki dan mengusung misi sebagai wajah bersatunya potensi muda untuk memperjuangkan dan melindungi hak-hak warga negara menghidupkan kembali jiwa gotong-royong.

Hary TanoesoedibjoKetua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (kelima kanan) menunjukkan berkas saat mendaftarkan partainya ke KPU Pusat di Jakarta, Senin (9/10). Partai Perindo secara resmi mendaftar sebagai peserta Pemilu 2019. (Foto: Ant/Akbar Nugroho Gumay)

Ormas ini kemudian bermetamorfosis menjadi partai politik. Pendeklarasian Partai Perindo saat itu digelar di Hall D JI-Expo, Kemayoran, Jakarta. Acara dihadiri oleh para elite parpol pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pemilu 2014.

Jelang Pemilu 2019, Perindo membelokkan arah dukungan ke rival Prabowo yang berpasangan dengan cawapres Sandiaga Uno, dengan mengusung pencapresan Jokowi, yang menjadi calon presiden petahana.

Jokowi yang didampingi Maruf Amien sebagai cawapres, kembali menang di Pilpres 2019, namun Perindo justru masuk dalam barisan partai gurem yang gagal mencapai ambang batas parliamentary treshold 4 persen yang disyaratkan KPU.

Perindo hanya berhasil mendulang sekitar 2,8 persen suara di pemilu 2019. Kendati begitu, keputusannya mengalihkan dukungan kepada pasangan capres-cawapres Jokowi-Maruf Amien membuahkan hasil. Nama putri Harry Tanoe, Angela Herliani Tanoesoedibyo dikabarkan masuk radar calon menteri di kabinet Jokowi jilid dua.

Garbi digadang-gadang bakal berubah bentuk menjadi partai politik. Ide itu diakui Fahri Hamzah didapat dari aspirasi para simpatisan Garbi selama satu tahun terakhir.

"Ada gerakan pemikiran yang telah dimulai oleh Garbi di seluruh Indonesia, itu bisa kita teruskan menjadi sebuah gerakan politik berbentuk sebuah partai politik," kata Fahri kepada wartawan, Kamis, 11 Juli 2019.

Sebagai partai, kelak Garbi bakal menawarkan pandangan baru mengenai optimisme, serta melawan segala bentuk ide kontraproduktif. Fahri juga menekankan Garbi membuka pintu yang lebar kepada anak bangsa yang memiliki gagasan yang sama.

"Kami ingin memulai, sebenarnya dengan satu pendekatan yang memiliki implikasi yang menumbuhkan optimisme dan imajinasi tentang kebesaran Indonesia, dengan segala potensi yang kita miliki baik alam, manusia, dan sejarahnya," kata dia.

"Kami tidak mau basis itu berdasar pada politik aliran tradisional, tetapi melintas batas kepada siapa saja yang menyepakati cara berpikir yang ditawarkan," ujar Fahri.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.